Wednesday, October 29, 2008

Laskar Pelangi

"mungkin dah terlambat update-annya. tulisannya dah beberapa hari nongkrong di file komputer. ditulis karena jengkel setelah nonton laskar pelangi. akhirnya ada juga dana tambahan buat ke internet dan posting tulisan."

Salah satu hasil karya anak bangsa yang menggugah lebih dari sejuta masyarakat Indonesia. Bahkan SBY JK pun kembali menonton pemutaran film tersebut di bioskop bersama 13 menteri lainnya. Tak mau kalah dengan orang Nomor 1 negeri ini, pemegang kursi tertingi di UNHAS juga mengadakan nonton bareng dengan 1000 guru, 1000 mahasiswa, 1000 anak yatim piatu dan 1000 dosen. Selain itu Rektor UNHAS juga mencari sosok Lintang yang akan diberikan beasiswa. Hal tersebut juga menggugah hati Riri Riza dan Mira Lesmana sehingga rela ke Makassar untuk nonton bareng di salah satu Mall yang terletak di wilayah pendidikan Tamalanrea, dengan biayanya sendiri.
Namun apakah nonton gratis yang diberikan Rektor meningkatkan pamornya bahwa ia peduli pada rakyat miskin, seperti Lintang di Belitung ataupun Lintang yang ada di seantero Indonesia?
Tak jauh beda dengan para politikus yang sedang gencarnya menaikkan pamor, walaupun hal tersebut toh berbanding terbalik. Gugahan hati yang dibuat Rektorat tak membuatnya menggagalkan BHP, mungkin lupa atau pura-pura lupa bahwa UNHAS sekarang tak jauh beda dengan SD PN Timah yang biaya pendidikannya begitu mahal dengan fasilitas lengkap yang toh tak menjamin bagusnya mutu pendidikan. Tanpa fasilitas pun sekolah Muhammadiyah Gantong bisa meraih juara karnaval ataupun cerdas cermat.
Seharusnya pemegang kursi tertinggi di UNHAS tergugah jika pendidikan yang ada di UNHAS sekarang tak lagi berpihak pada Lintang. BHP adalah momok yang menakutkan dan membuat Lintang –Lintang lainnya tak dapat menikmati pendidikan dan meraih mimpinya.
Walaupun demikian siapapun tak akan mampu membunuh mimpi-mimpi kita. Pendidikan tak harus diperoleh dari bangku perkuliahan. Kualitas kita tak dilihat dari bagusnya IPK yang ada ataupun gelar sarjana yang akan diraih nanti. Kita hanya butuh Skill dan semangat…
Menonton Laskar Pelangi membuat sebagian besar penontonnya menitikkan air mata, padahal tanpa sadar disekeliling kita terdapat banyak Lintang yang tak bisa menikmati pendidikan. Pemulung yang masih sangat kecil, anak-anak usia sekolah yang menghabiskan waktunya di kampus menjual jalangkote’, manisan, semuanya adalah sosok lintang dalam keseharian kita. Laskar pelangi mengingatkan saya pada beberapa perjalanan . PBL Bantaeng, Survey di Bone ataupun baksos matteko, Kassi-kassi, katalassang, Takalar semuanya adalah potret buram ketidakadilan pemerintah kita.
Pemerintah yang harus pertama kali disalahkan, karena tak pernahnya berpihak pada rakyat kecil. Pemerintah tak lebih dari Kapitalis besar yang menjadi musuh buat aku, kita ,mereka, musuh buat Lintang, juga masyarakat Indonesia lainnya.