Saturday, April 28, 2007

3 hari di Makassar

setelah hampir 3 bulan aku menghabiskan cutiku, akhirnya bisa juga aku menginjak rumahku kembali. ada rindu yang tersimpan setiap aku meninggalkan rumah itu. senang sekali dengan sambutan hangat dari kawan-kawanku. rumah pelangi satu-satunya tempat melepas lelah, walau kadang mereka ngomel karena keluhan-keluhan yang kulontarkan.
3 tulisan yang sempat aq tampilkan hari ini, untuk kedua adikku.

rumah pelangi dengan canda tawa dan hidupnya yang apa adanya, tak pernah membuatku merasa kecil dan berputus asa. kali ini aku juga harus lari dari kepicikan realitas yang aku temukan. menghindar dari kepenatan yang kadang membuatku putus asa. aku tak akan mengalah dengan takdir yang ada, ntah aku berhasil atau tidak tapi paling ngga aku berusaha melawan

bentar lagi mayday...aku rindu jalanan

Dek...Tidak usah ikut Trend...

Setiap hari TV akan menjadi tontonan penghibur yang membuat masyarakat terlena dengan sekian mimpi-mimpi dan kebahagian sesaat. Sangat lucu ketika mulai melihat saudara-saudaraku terlena dengan tontonan sinetron yang ada pada kotak segi empat itu. Berbagai trend-trend terbaru juga akan mereka perhatikan mulai dari model rambut, pakaian hingga segala tetek-bengek yang kadang tak kita butuhkan. Mereka akan terbuai dan mulai membayangkan kapan barang-barang bermerk itu ada ditangannya.

“kak itu yang lagi trend sekarang” kata adikku ketika ia membujukku membantunya membeli sebuah HP kamera yang hingga hari ini tak dimilikinya.
“emangnya HP kamera itu untuk apa?”
“teman-temanku semuanya pake kamera, malah ada yang pake N73!!!”
“memangnya mereka tahu pake?”
“tidak...kan hanya untuk bergaya”

Di hari yang lain adikku merengek ingin menggunakan pemutih muka dengan sekian zat berbahaya. Berulang kali aku melarang penggunaannya tapi tak ada hasilnya.

“kakak sih enak udah dari kecil kulitnya putih, sementara aku hitam” belum lagi dengan perbedaan-perbedaan kami yang lainnya.
Dasar iklan ....andai tak ada bentukan media tentang gimana perempuan yang cantik, yang harus putih berambut lurus langsing pasti tak akan ada masalah dengan warna kulit, dengan rambut yang keriting ato dengan tubuh yang bondeng.

Aku tidak habis pikir ketika ia ingin memilikinya hanya untuk memperlihatkan ke teman-temannya kalau barang yang dimilikinya lebih bagus. Belum lagi cara berpakaian ala artis-artis yang mereka gandrungi. Atau pola hidup bebas yang katanya modern. Pelukan dan ciuman itu sudah biasa. Bahkan adik sepupuku mengatakan kalau tidak mau disentuh ama yang namanya laki-laki tidak usah pacaran”, ketika ia mendengar aku menasehati adikku untuk jaga diri.

Kondisi yang semakin parah. Siri’ sudah mulai menghilang tau mungkin mereka tak pernah mendapat pelajaran tentang bagaimana bersikap.

“dek...gaya hidup modern itu bukan sekedar mengikuti trend-trend terbaru, ato dengan melihat cara bergaul yang ada di TV. Kita harus menjaga siri’ yang kita punyai...

Dek....Tidak Usah Sekolah Ya....

“kak....kalo aku tamat SMU, bagusnya aku pilih Arsitek atau otomotif?” adik bungsuku yang baru saja menyelesaikan UASnya bertanya padaku. Ntah aku mau menjawab apa, lidahku kelu dan tak bisa mengatakan apa-apa. Sehari sebelumnya aku bertanya pada Bunda, apa adikku bisa masuk SMU, tapi ia bercerita kalau sekarang tak ada lagi modal untuk meneruskan membuat sarungnya, malahan masih punya utang. Bahan bakunya kemarin belum lunas. Pendidikan sekarang semakin mahal, sekian banyak masyarakat sudah tak mampu menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. SPP SMU juga semakin tinggi, hingga beberapa ratus ribu rupiah, kata bunda tak jauh beda dengan uang SPPku di UNHAS.

Harga sembako semakin naik, dan tentu kebutuhan lain juga semakin mahal, BBM juga dan sewa pete-pete yang mahal juga menjadi salah satu alasan kenapa anaknya tak mampu disekolahkan. Awal tahun 2006 kemarin adikku yang ketika itu duduk di bangku kelas 1 SMU harus berhenti sekolah karena malu , ia kadang tidak diizinkan masuk kelas karena tidak punya buku. Aku juga tak bisa berbuat apa-apa.

Tak lebih setahun dari itu ia cerita kalau beberapa sahabatnya juga berhenti sekolah. “Ana itu udah yatim piatu dan sekarang jadi penjaga ruko di pasar”
Masyarakat bawah hanya bisa pasrah dengan nasib yang mereka terima, tak ada yang bisa dilakukan untuk mengurus agar anak mereka tak usah membayar biaya sekolah. Katanya mereka tak tahu bagaimana mengurus administrasinya yang kadang rumit.

Beberapa tahun lagi BHP akan diterapkan, katanya mulai dari TK hingga perguruan Tinggi. Gila....gimana masyarakat Indonesia mau pintar kalau pendidikan mereka dibatasi dengan harga yang sekian mahalnya. Padahal jumlah penduduk miskin jauh lebih besar dibandingkan masyarakat elite. Bagaimana pemilik modal, pejabat, orang-orang kaya itu mau membantu toh yang ada malah memperparah kemiskinan masyarakat. Liat saja lapindo yang lepas tangan padahal perusahaan itu milik seorang menteri.

Sebelum berangkat ke makassar mencari spirit baru pada kawan-kawanku di UKPM adikku yang berhenti sekolah cerita kalau ia ingin sekali ikut ujian persamaan, tapi itu juga harus membayar dan akan sekolah beberapa bulan. Ia tak tau bagaimana caranya mendapat uang untuk itu dan lagi-lagi meminta aku membantunya. Adikku sempat meminta pendapatku untuk menjadi penjaga toko di Kalimantan, katanya gajinya lumayan tinggi (800ribu), namun aku tak rela melepaskan adikku karena disana ia akan tinggal dengan orang lain yang tak aku sukai. Orang itu kadang memperlakukan adikku seperti pembantunya namun saying tanpa gaji. Suatu kali ada acara di rumahnya dan adikku kesana. ia membangunkan adikku dimalam buta untuk membuatkan anaknya susu dan menjaganya, sementara ia enak-enakan tidur.

Aku bingung, melarangnya untuk mencapai impiannya sangat susah, ia ingin melanjutkan sekolahnya dan nantinya menjadi seorang bidan. “dek…andai ijasah bias ditukar aku akan memberikannya padamu. Karena aku sangat muak dengan pendidikan yang ada dinegara kita. Pendidikan hanya untuk mencari gelar dan selembar ijasah untuk kemudian mewujudkan impian orang tua menjadi seorang PNS.

Hanya sedikit pengetahuan yang akan kita peroleh sementara biaya untuk itu sangat mahal. Kapan akan ada pendidikan gratis sehingga adik-adikku bias mewujudkan mimpi-mimpinya. Mungkin semuanya hanya akan menjadi impian tanpa pernah bisa kita wujudkan.

Aku kadang berpikir kenapa semuanya harus dinilai dari selembar ijasah tersebut, ketika hendak mencari kerja kitapun harus mempunyai IPK standar, padahal keahlian kita tidak hanya bias dilihat dengan kertas itu.

Aku tak mampu mengatakan “Dek...kamu tidak usah sekolah, karena bunda tak mampu...sementara kuliahku juga harus tertahan karena tak mampu bayar SPP dan uang KKNku.

Aku sangat ingin memberikan beberapa ratus ribu yang kukumpulkan setelah 3 bulan lebih bersama kalian, tapi aku juga tak bias melihat raut suram yang ada dimuka bunda karena aku tak bias menjadi sarjana, sementara temanku tak lama lagi akan menjadi sarjana.

“Dek…apa yang harus aku perbuat untukmu???”

Dek...Tidak Usah Ikut Ya....

Beberapa bulan kemarin tayangan-tayangan mistik gencar-gencarnya ditayangkan berbagai media, hingga hari ini masih ada layar lebar yang juga masih dengan kisah-kisah misteri yang membuat adrenalin penonton naik. Beruntung sekali dengan adanya larangan penayangan tayangan-tayangan mistik sehingga dampak negativenya dapat dikurangi. Namun di daerahku akhir-akhir ini mulai bermunculan perkumpulan2 yang mengajarkan tenaga dalam hingga berburu hantu. dengan modal beberapa ratus ribumasyarakat awam yang dengan pengetahuan terbatas bias ikut belajar dalam hitungan beberapa bulan.
Tiga minggu sekali kedua adikku pulang larut malam, katanya ikut menonton melihat mereka latihan. Dua bulan berlanjut adik bungsuku merengek dimasukkan pada penerimaan berikutnya “katanya bias dicicil, kita bayar 100 ribu dulu, kekurangannya menyusul setelah kita punya uang yang jelas sebelum latihannya berakhir”. Aku dengan berbagai alas an berusaha menolak, karena tak mempan aku membujuknya agar ia masuk setelah duduk di bangku SMU, usiannya masih sangat dini dan tentu dengan control emosi yang tak stabil. Di lain kesempatan adikku yang satunya cerita kalau temannya bias melihat segala dosa-dosanya, parahnya lagi ia cerita kalau dengan ikut latihan itu, setelah menguasai semuanya kit bias melihat neraka.
“bagaimana mungkin manusia biasa mampu melihat neraka”, aku bertanya pada adikku. Tapi ia menjawab dengan gelengan.
Latihan pertama telah berakhir, setiap malam beberapa penggagasnya akan mendatangi rumah-rumah penduduk dan mengajaknya ikut latihan. Adikku kembali cerita kalau tetangga kami mengajaknya masuk dengan gratis asal ia bias memasukkan 10 orang temannya. Dilain hari seorang saudara jauh yang menjadi anggota cerita kalau ketua mereka membisikinya kalau ia bias mencari 5 orang maka ia bias memasukkan satu orang dengan gratis.
Kegiatan tersebut telah berubah arah menjadi lahan bisnis baru yang bias mendatangkan beberapa ratus ribu yang tentu saja sangat tinggi artinya buat masyarakat menengah kebawah. Untuk sebagian masyarakat yang memiliki uang lebih memasukkan anak atau mereka sendiri tak jadi masalah, tapi bagi masyarakat yang tak mampu itu akan menjadi beban.
Sekarang orang-orang yang ikut latihan pertama telah menjadi pelatih salah satunya seorang siswa SLTP yang masih duduk di bangku kelas 1. hamper setiap malam ia pulang larut malam, menurut orang tuanya ia pergi melatih peserta yang baru masuk dan kadang pergi proyek. Aku sempat kebingungan dengan kata proyek yang ia ucapkan, namun belakangan aku tahu kalau yang dimaksud adalah memburu hantu, menangkap dan memindahkannya ketempat lain.
“katanya disini sudah tidak ada hantu, semuanya sudah dipindahkan ke sungai” seorang tetangga yang anaknya juga diajak ikut latihan, tapi menolak karena ia tak percaya.
Aku hanya berpikiran kita sama-sama makhluk Tuhan,. Tak seharusnya kita mengusik mereka selama mereka tak mengganggu kita, kalaupun memang ia benar-benar ada. Dek, kamu tidak usah ikut ya...kalau kita tak mengganggu mereka, semuanya akan baik2 saja.