Thursday, November 23, 2006

????????????????

Ketika semua media memberitakan tentang aksi mahasiswa hampir di seantero indonesia, Makassar harus puas dengan berita tentang tawuran yang kembali di kampus UNM. Citra buruk pun kembali harus disandang mahasiswa makassar. Padahal itu tak berlaku pada semua mahasiswa makassar. Citra buruk yang buatku seperti sebuah rekayasa yang dilakukan oleh sekelompok oknum yang memang ingin memperlihatkan kebobrokan mahasiswa makassar. Dihari yang sama sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam GAM makassar (bukan GAM Aceh), tapi ini dibentuk murni untuk melawan semua kebijakan yang tak berpihak pada mahasiswa dan rakyat kecil. Timbul pertanyaan mampukah GAM melakukan tugasnya, apakah itu akan membawa perubahan dan sejauh mana ia akan terus bertahan melawan para pengambil kebijakan itu.

Aksi 20 november yang menolak kedatangan bush, harus berakhir cepat karena tawuran yang kembali terulang di kampus UNM parangtambung. Sebegitu bobrokkah sebagian mahasiswa yang ada....????hanya tau berkelahi dengan temannya sendiri lantaran persoalan yang sebenarnya bisa dibicarakan dengan kepala dingin, sejauh mana harga diri itu ia pertahankan lantaran karena sebuah pukulan. Apakah hanya itu yang bisa kita pikirkan, kenapa tak ada waktu untuk memikirkan kondisi bangsa yang semakin dizalimi, bukankah itu jauh lebih sakit kebanding sebuah pukulan. ”siri” bagi bugis makassar harus dipertaruhkan sekalipun dengan nyawa, lantas kenapa pelecehan terhadap mahasiswa sedikitpun tak ditanggapi, masih banyak yang harus kita renungkan tak sekedar memikirkan kapan tawuran...

Ketika aksi kemarin hanya ada beberapa mahasiswa yang ikut, dibandingkan dengan jumlah mahasiswa yang sedang tawuran di kampus sana. Bush telah menginjakkan kakinya di negara yang kita cintai, ia adalah penjahat bangsa yang seharusnya kita lawan, bukan malah berkelahi dengan saudara sendiri. Kedatangan bush menorehkan luka yang dalam bagi bumi pertiwi, tidakkah kedatangannya semakin memperburuk kondisi bangsa kita...dengan iming-iming hendak membantu kondisi bangsa yang sedang terpuruk, dengan janji investasi yang akan semakin memperbanyak utang dan bantuan-bantuan yang akan membuat mereka tunduk pada setiap perintah darinya.

Apakah kita tidak sedang terjajah????????

Sepenggal Kisah dari Pattunuang

Setiap melewati Kabupaten Maros Pangkep aku selalu terkagum-kagum dengan sederetan pegunungan yang masih hijau, keinginan untuk bertegur sapa tak pernah lekang dari angan. Aku selalu merindukan bersua dengan setiap makhluk yang menghuni kawasan ini. Gunung yang menjulang dan menyimpan berbagai kekayaan alam yang tak terhitung. Dari berbagai media aku tahu daerah tersebut mempunyai luas 43.750ha, dan 20.000 diantaranya dijadikan area Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
Awal September, kawan-kawan dari korpala sibuk membuat Baliho, iseng-iseng aku mencari tau kegiatan apa yang akan mereka lakukan, diatara kesibukan warga PKM lainnya dengan rangkaian Dies Natalis ke 50 UNHAS. Caving Clinic yang diadakan bersamaan dengan puncak perayaan dies. Karena kegiatannya untuk umum, aku mendaftarkan diri menjadi salah seorang peserta, tapi belakangan aku tau kalo pesertanya hampir semuanya dari MAPALA kecuali aku dengan Ani dari Pers, tapi itu bukan halangan untuk ikut.
Jumat, 8 september, peserta yang berjumlah 26 orang dari berbagai MAPALA yang ada di makassar dan luar makassar meninggalkan kampus UNHAS dengan menggunakan 3 pete-pete ke kawasan Pattunuang Asue. Indahnya alam disekitar kami membuat perjalanan tak terasa. Berbagai perasaan bercampur baur, untuk pertama kalinya aku akan memasuki gua, yang selama ini aku sering dengar.
Matahari mulai sembunyi di balik gunung-gunung karst, ketika kami sampai di lokasi, rona kemerahan menyembul malu diantara pohon-pohon yang tumbuh menjulang. Lokasinya lumayan terpencil, hanya ada sebuah aliran air yang kecil, beberapa peserta langsung mengambil air minum dari sana. Aku jadi tau aku juga akan melakukan hal yang sama untuk minum. Kami berada di pinggir sebuah tebing, tenda didirikan diantara pohon-pohon kemiri. Cukup bagus untuk melindungi diri dari teriknya mentari kala siang.
Gelap mulai bertandang sayang ia tak bertahan lama, ada rembulan yang bersinar terang dihiasi taburan bintang dengan kemilaunya yang indah. Karena backgroundku bukan dari MAPALA banyak peralatan yang tak aku bawa, carrierku hanya diisi sleeping bag dan pakaian serta sedikit ransum. Panitia jadi satu-satunya harapan untuk numpang tidur, kemungkinan terburuk harus tidur di alam bebas. Salah satu peserta sendirian membangun tendanya, Ani dan Kasuari seorang mahasiswa UNISMUH mendekat setelah sedikit basa basi akhirnya meminta tumpangan untuk kami bertiga juga untuk memasak karena aku tak tau menggunakan kompor lapangan jadilah itu tugas dari Ammar dan Kasuari yang terakhir aku tau bernama HAjar. Selesai mengisi perut, panitia mendatangi tenda-tenda mengundang kami berdiskusi dengan dua orang dosen UNHAS. Sebenarnya sangat malas beranjak dari depan tenda, aku sangat suka tempatnya. Berada di alam terbuka dan menikmati keindahannya.
Dari materi itu aku tau ternyata kawasan pegunungan ini ternyata terdiri dari karst. Sebuah bentukan alam yang didominasi oleh larutan, batu kapur, gypsum dan salt. Kawasan karst Bantimurung Bulusaraung dianggap cukup unik karena terdiri dari tower-tower karts mulai yang kecil hingga tower besar, dan dianggap satu-satunya didunia. Kawasan karst bantimurung bulusaraung mempunyai banyak daya tarik, salah satunya peninggalan prasejarah yang belum terungkap, contoh kecil dapat dilihat pada gua leang-leang, gambar babi, perahu, tapak tangan yang semuanya sangat sederhana.
Banyaknya tanaman endemic yang banyak bermanfaat untuk manusia, diantara 199 pohon oleh Pak Imran (dosen Kehuatanan UNHAS) ditemukan 53 diantaranya berfungsi sebagai tanaman obat. Sayangnya karena tumbuh diatas karst, jadi membutuhkan waktu yang lama untuk tumbuh kembali, maka floranya diaggap tidak dapat diperbaharui. Hubungan antara flora dan fauna di luar gua dengan didalamnya sangat erat, ketika vegetasi diatas karst rusak maka didalam gua itu sendiri akan mengalami kehancuran, karena antara keduanya terdapat hubungan timbal balik.
Peserta dibagi 4 kelompok, yang berjumlah 8-9 orang. Masing-masing kelompok akan melakukan pemetaan. Aku dan kelompokku mendapat gua Tajjuddin. Jam 08.00 pagi kami semua telah siap dengan berbagai peralatan mulai dari rol meter, klinometer, kompas, peralatan SRT, jam tangan, termasuk senter yang wajib bagi tiap peserta. Kenalan dengan anggaota tim dan ternyata sangat kocak kecuali seorang Togar yang tak pernah tertawa, hanya sesungging senyum setiap guyongan dilontarkan Biku . Jarak antara base camp dengan gua cukup jauh, hampir sejam kami berjalan melintasi kebun, jalan raya dan hutan-hutan yang tidak terlalu lebat. Gua tajjuddin adalah salah satu gua horizontal vertical yang terletak di desa Samanggi. Selain melakukan pemetaan kami akan mencari hubungan hidrologi antara gua ini dengan gua saloaja. Dimulut gua kami menemukan aliran sungai pangia yang menghilang, dan dari peta sebuah sungai tiba-tiba muncul dari gua saloaja. Gambaran itu memperkuat kalau ada hubungan antara keduanya. Sebelum masuk ke mulut gua kami menerima materi pengantar tentang Maping dari Kak Halim, menurutku ini tak jauh beda ketika membuat peta pita. Untuk melakukan pemetaan kita harus membentuk stasiun, ada beberapa macam cara menentukan jarak antara stasiun satu dengan yang lainnya dilihat dari titik pandang.
Selain batu-batu sungai juga terdapat banyak ornamen gua yang sangat indah, beberapa flower stone, pilar, gorden, stalagnit, dan stalagtit menghiasi gua. Beberapa puluh meter berjalan kami menemukan sumuran gua dengan kedalaman 21 meter yang untuk turun kebawa harus menggunakan SRT. Aku sangat bersyukur pernah latihan beberapa kali ketika masih SMU. Aku meminta bantuan kak Sri, untuk memasang alat Bantu untuk turun, sangat ribet untukku, mulai dari berbagai macam carabiner, jummer, webbing dan peralatan lain yang tak aku tau namanya. Setelah Rama turun aku menyusul kemudian, tidak terlalu sukar untuk turun, bahkan lebih nyaman ketimbang berjalan, karena kita tak perlu mengeluarkan banyak tenaga. sampai dibawa setelah melepaskan diri dari tali, aku dan rama kembali berjalan dan menemukan ikan endemic gua yang meneurut rama tidak mempunyai mata. Warnanya juga putih karena pigmen kulitnya telah berkurang. Informasi lain yang aku dapat ternyata hampir semua hewan yang menghuni gua tidak mempunyai mata.
Aku dan Rama kembali ke sumuran tadi menunggu teman-teman yang lainnya turun dan melanjutkan perjalanan. Aku mengamati kondisi gua yang sangat kering, kemarau telah menguras air sungai pangia.melihat ke atap gua ada mulut lain, tapi sangat terjal dan susah untuk dilalui. Kami melanjutkan perjalan setelah semunya turun, dan tetap meneruskan pemetaan, berhenti di detiap stasiun untuk mengukur jarak, kemiringan, jarak stasiun dengan dinding kiri, kanan, atas dan bawahnya. Sekian meter berjalan kami kembali menemukan sisi vertical, jaraknya cukup pendek sekitar 5 meter tapi didasarnya sebuah cekukan air yang cukup dalam telah menanti. Jam 13.00 akhirnya kami sampai di ujung gua, yang ada adalah air yang tak mengalir, ada sekian banyak tumpukan kayu dan sampah yang menutup aliran air itu. Kami harus menunggu hingga jam 14.00 untuk menaburkan serbuk gergaji yang telah dibawa. sebenarnya sangat susah untuk mendapatkan serbuk gergaji itu sampai ke teman-teman di gua saloaja selain air yang tak mengalir , tumpukan sampah itu juga akan menghambatnya. Selesai menaburkannya, kami kembali berjalan sebelum cekukan air kami melakukan penghitungan debit air, tapi sangat tidak maksimal karena air yang tergenang jadi sangat susah untuk mendapatkan debit airnya.
Hawa dingin merasuk ke tulang-tulang menemani perjalanan kemulut gua. Lelah, bercampur bahagia melewati perjalanan tadi, dengan pakaian yang kotor dan basah kami kembali ke base camp untuk istirahat, masih ada gua lain yang harus kami masuki esok.
Hari kedua, seperti kemarin kami siap berangkat jam 08.00 pagi, ada dua gua yang harus kami masuki gua ……dan gua saleh. Dua kali melewati jalur yang sama karena kami bingung dengan jalur yang harus dilalui, pencarian jalan yang tak sia-sia, gunung karst yang sangat indah namun sepertinya tak aktif lagi. Bagian gunung yang sangat indah diluar ternyata tak dapat kami nikmati didalamnya, yang ada hanyalah reruntuhan atap gua, teras, jendela tak lagi dapat ditemukan, beberapa ornament bahkan telah patah dan rusak entah oleh perbuatan manusia atau oleh aktivitas alam itu sendiri. Sedih melihat kondisi alam yang semakin hancur, ada berapa orang yang mau peduli dengan kekayaan alam yang kita miliki.
Manusia hanya tau mengambil dan mengambil tanpa berpikir panjang untuk memelihara dan menjaganya, berapa tahun lagi bisa kita nikmati kalau tangan-tangan jahil terus merambahnya. Hutan adalah sumber kehidupan manusia, menyimpan berbagai kekayaan alam termasuk mensuplai air untuk digunakan manusia.
Kali ini perjalanan kami lebih santai dibandingkan hari pertama, karena tak ada lagi materi, tidak ada lagi pemetaan gua. Suasana riang terus menemani, kebersamaan yang tak mungkin bisa hilang begitu saja. Biku dari UIN masih sibuk dengan ngocolnya yang membuat perut kami kesakitan menahan tawa.
Ada dua gua yang kami masuki dengan kelebihan yang berbeda melihat mutiara gua, jendela, air mancur semuanya sangat indah dan membuatku terkagum-kagum akan karya yang tak bisa tertandingi, sayang manusia terlalu serakah dan tidak tau berterima kasih atas semua itu.
Hutan yang kami lewati tak terlalu lebat, sinar mentari menemani perjalanan kami kembali ke base camp dengan sekian cerita yang akan menjadi hadiah buat teman-teman yang ada di Makassar.

Thursday, November 16, 2006

ketika suara kami harus dibungkam

Rentetan masalah yang terus melanda kondisi pergerakan mahasiswa. apakah semangat mulai padam untuk memperjuangkan kebenaran yang kita yakini bersama. dan ketika kita tak lagi punya hak suara, karena hendak dimatikan oleh para pengambil kebijakan yang terhormat.apakah kita hanya akan terdiam dan membiarkannya tetap seperti itu.
Pencarian jati diri apa yang akan dilakukan kalo kita sudah tak lagi mampu mempertahankan keyakinan kita, atau mungkin memang ia telah hilang ditelan jargon-jargon kapitalis....

Perjuangan panjang mahasiswa ketika meruntuhkan orde baru apa mungkin akan menjadi tak berarti. Seperti apa langkah yang harus kita ambil saat ini, apa hanya diammmm melongo dan melihat semua itu dengan mata terbuka....

Dimana sisi kemahasiswaan kita, fungsi kita yang seharusnya ketika melihat kawan-kawan ketua BEM UNM harus diseret ke tahanan dari kampusnya sendiri bahkan dengan tindakan kekerasan, juga bagaimana kawan kita di sospol yang harus di skorsing bahkan ada yang diusulkan DO karena masalah pengkaderannya, atau juga mungkin kita masih ingat bagaimana kawan-kawan kita di Kehutanan yang harus di errorkan nilainya oleh para dosen yang terhormat hanya karena melakukan aksi.

Suara kita mulai dibungkam, kita diharuskan menjadi anak patuh dan hormat...sistem feodalisme sepertinya kembali diterapkan di bangsa ini.

Tak lama lagi kaum kapitalis akan bertepuk tangan dengan riuhnya, ketika melihat kampus juga telah berhasil ia raih, 2010 katanya semua kampus yang ada di Indonesi akan menjadi BHP, jadilah orang yang mengerti dirimu ketika tak bisa lagi kuliah diperguruan tinggi....sa jadi teringat ketika salah seorang dosen mengatakan "tau diriko...kalo memang tidak bisa" apa yang salah dengan keinginan itu.
Pemerintahkah yang harus disalahkan atau siapa....katanya pendidikan itu hak rakyat, lantas dimana letaknya kalo mulai diswastanisasikan.......?????????????????????

Wednesday, November 8, 2006

On Air CAKA FM

setelah beberapa lama mati suri akhirnya CAKA FM kembali mengudara sejak 6 november 2006. selamat dan sukses semoga senantiasa menjadi media perlawanan untuk menyerukan ketidakadilan yang sedang terjadi.

lama ngga ngisi blog. "TAKABBALALLAHU MINNA WAMINKUM" mohon maaf lahir batin.