Usianya telah memasuki bulan keempat. Aku telah menulis beberapa catatan sejak dirinya memulai hidup dalam rahimku. namanya Khansa Alexa Agranayara. Khansa berarti pejuang perempuan, nama itu juga nama seorang pejuang perempuan sahabat Nabi Muhammad SAW. Alexa berarti pembela rakyat. Agra adalah nama sebuah organisasi massa tempat kami dan kawan kawan berjuang bersama petani untuk mempertahankan haknya, juga nama lain dari matahari. Nayara dalam bahasa arab berarti mulia, dan juga pembawa kedamaian. Nama ini memang sangat panjang, tapi itulah doa dan harapan kami berdua. Semoga kelak seperti namanya akan selalu membela mereka yang terampas haknya.
9 oktober 2013.
Hari ini aku testpack lagi,
setelah empat jam menahan kencing. Menurut petunjuk testpacknya sebaiknya
menggunakan air kencing pertama setelah bangun tidur. Tapi lagi lagi aku
melupakannya. Padahal semalam sudah menahan diri buat testnya pagi ini saja.
Hasilnya ada dua garis merah. Tiga hari lalu juga seperti itu, walau warna
kedua garis itu berbeda.
Aku hamil. Sungguh aku tak tahu
bagaimana perasaanku sebenarnya. Sejak dulu hal yang aku inginkan adalah punya
anak.
Hamil menjadi dambaan setiap
perempuan, tapi aku sedang menguji diriku, apakah sekarang aku benar benar
telah siap. Membayangkan perutku akan membuncit dan bertambah besar setiap hari
rasanya aneh. Bagaimana aku bisa naik ke lantai 3 pasca Unhas buat kuliah.
Bagaimana dengan tubuhku yang rentan sakit. Bagaimana agar aku tidak terkena
flu dan tetap sehat sampai bayiku lahir.
Aku tidak berKB, walaupun juga
tidak memprogramkan untuk punya anak. Kata dosen Psikologiku, pada sperma yang
dikeluarkan laki laki dan bertemu dengan sel telur perempuan itu telah Tuhan
berikan semua hal yang dibutuhkannya. Telah ditetapkan akan jadi apa dia kelak.
Telah dilekatkan semua hal yang ia butuhkan untuk tumbuh dan menjadi apa kelak.
Agustus lalu aku ke puskemas
depan kompleks. Saat itu aku malah merasa ada janin yang mulai tumbuh di
rahimku. Telat seminggu lebih, payudara yang bengkak, emosi tak stabil, mual
mual sepanjang hari. Karena bingung apa yang terjadi sementara hasil testpack
hanya mempunyai satu garis aku ke puskemas. Setelah membayar 15.000 aku di
minta ke bagian KIA. Memasukkan berkas yang diberikan di depan ke ruang
tersebut dan menunggu giliran. Antrian cukup banyak. Hampir semua dengan perut
buncit. Ada yang masih sangat muda diantar oleh ibunya, sebagian diantar
saudara dan suami. Aku sendiri ditemani suami.
“andi nini eryani” namaku di
panggil. aku melongokkan pintuku ke ruang itu. Ibu bidannya menyuruhku naik ke
timbangan. Menimbang berat badan adalah prosedur pertama yang harus aku lewati.
45 kg kalau tak salah ingat. Selanjutnya mengukur tinggi badan 148 cm.
Setelah selesai bidan itu masu ke
ruangan. Aku mengikutinya. Aku duduk di depannya. Ia mencatat namaku pada buku
pink untuk ibu hamil. Sudah hamil berapa bulan? Tanyanya padaku.
“ aku tidak tahu bu” jawabku. Aku
menjelaskan alasanku datang ke puskesmas. Menjelaskan semua gejala gejala yang
aku alami. Aku bingung dan tidak tau harus bertanya ke siapa, jadinya aku ke
puskesmas, jelasku pada bidan itu. Dengan ketus dia memberitahuku bahwa
harusnya aku tahu dulu hamil atau tidak. Dia juga jengkel karena telah menulis
namaku pada buku pink tersebut. Aku mulai emosi, kedatanganku ke puskesmas
karena ingin mendapat jawaban yang pasti bukan dapat omelan.
Bayangan bidan itu masih jelas
dimukaku. Sejak kemarin aku sudah berpikir untuk kembali memeriksakan diri,
tapi baru membayangkan bertemu dengan bidan itu lagi aku sudah malas. Ah,
bukannya sembuh dan dapat berkonsultasi dengan baik. Pasti yang ada bertemu
dengan muka judes dan menjengkelkan. Sudahlah, lebih baik mencari rumah bersalin
dan berkonsultasi dengan dokter kandungan.
Nak, kita sama sama menjaga diri
agar tetap sehat dan tak perlu banyak berurusan dengan administrasi rumah sakit
dan puskesmas, semoga pula kita memiliki rejeki cukup untuk membayar dokter
agar tak perlu menggunakan fasilitas Negara yang tak memberi kenyamanan buat
kita. Semoga…
Berharap sehat selalu