Sunday, October 15, 2006

hero atau pecundang

Sedih bercampur gelisah melihat kondisi kemahasiswaan yang telah kehilangan “maha” nya. Ntah siapa yang telah membawa pergi...melihat mahasiswa sekarang dengan sebelum reformasi, jauh berbeda...bangku kuliah tak jauh beda dengan bangku sekolah dimana mahasiswa diharuskan patuh pada dosennya, menjadi mahasiswa yang baik dan penurut. Dan anehnya mahasiswa sepakat-sepakat saja dengan hal itu. Tuntutan untuk cepat selesai dan mencari pekerjaan menjadi alasan utama, pemenuhan kebutuhan hidup yang dipengaruhi habis-habisan oleh media, tentang bagaimana hidup.

Ada beberapa mahasiswa yang tinggal di kampus, mulai dari yang hedon menjadikan kampus sebagai tempat mejeng yang menarik, ada banyak orang yang akan melihat penampilan mereka, “pocci-pocci” tetap tak bisa hilang.

Ada juga mahasiswa yang bureng yang menganggap dirinya sebagai mahasiswa yang ideal, rajin masuk kuliah, kumpul tugas, dapat nilai yang baik dan dijadikan teladan para dosen. Sebagian merasa sok hebat dengan menjadi aktivis kampus, disini kemudian terpecah, ada beberapa yang akan menjadikannya batu loncatan untuk karier politik mereka. Mengandalkan nama organisasi dan kemudian lupa pada apa yang pernah dipegangnya ketika masih menjadi mahasiswa. Aku jadi teringat dengan tulisannya Gie yang ditinggalkan teman-temannya dan mendapat jabatan di dewan, semoga aku yang salah tanggap dengan hal ini, aktivis mahasiswa yang ada sekarang masih murni pada garis perjuangan. Aku juga pernah mendapatkan tokoh yang elalu muncul sebagai hero, menurutku ia selalu mencari bagaimana memperlihatkan taringnya,...he...seorang pahlawan tak pernah mengatakan kalo ia seorang pahlawan.

Adalagi cerita tentang organda yang banyak dijadikan batu loncatan untuk mendapat link dengan petinggi-petinggi pemerintahan. untuk apa...?apa agar bisa mendapat jabatan penting nantinya. pengkhianatan terbesar untuk organisasi ketika hal itu menjadi pilihan, dan bahkan untuk semuanya. yang ada adalah rasa sakit...dimana diskusi-diskusi tentang kemahasiswaan yang dilakukan selama ini. kegilaan akan jabatan membuatnya buta.

Sebelum organisasi itu terbentuk, kami sibuk dengan diskusi akan dibawa kemana organisasi itu nantinya. dengan semangat yang membara aku sepakat untuk ikut membangun organisasi itu. dengan harapan aku bisa memberikan sesuatu untuk tanah kelahiranku. terakhir aku hubungi ia hanya mengatakan rela LPJnya tidak diterima asal hubungannya dengan stakeholder berjalan lancar.

status mahasiswa bukan untuk dipermainkan begitu saja, ada amanah yang harus dipertanggungjawabkan.

selamat jalan

Untuk ia yang telah pergi...
(kelinci kecil)

Tak ada lagi teman kecil yang suka mengganggu ketika kami makan,
keluarga kecil yang kini telah pergi meninggalkan kami.
Sedih…tentu saja, dimanapun perpisahan adalah hal yang sangat menyakitkan.
Kemarin malam sebelum kepergiaanya kami masih sempat bermain di PKM.
Karena tak ada kerjaan dan Pers yang lagi sepi, jadinya aku, ilda dan ia keluar menghirup udara luar yang dingin. Tubuhnya yang putih bersih tak telah berubah, PKM lagi miiskin air…jadi wajar kalo beberapa hari ini ia tak pernah mandi.
Kulit putih yang bercampur debu. Sangat manis melihatnya bermain dengan kucing kecil temannya. Heran sekali…ia bisa bersahabat dengan kucing itu, sementara aku tetap takut pada bulu kucing.

Ia dengan bebas berlari dan melompat, sesekali mendekat di tangga. Aku tahu ia ingin turun kehalaman, tapi takut turun tangga. Kali ini ia tak selincah tadi, takut jatuh membuatnya berjalan merangkak, mendekati tangga.

Kini ia tak ada lagi, hari ini tak ada senyum dari wajah sang pemilik, sebuah tulisan di terror tentang kepedihan menyadarkanku betapa ilda sangat menyayangi sahabat kecilnya. Aku tau ilda sangat menyayanginya. Ia memang sangat lucu, bukan hanya buat kami anak pers, tapi ia juga sering bermain dengan beberapa anak UKM lain.

Selamat jalan putih…aku lebih suka memanggilnya putih, sementara yang lain memanggilnya “lebu” karena tubuhnya yang bulat. Tak lagi ada teman bermain, ia kini telah terbaring damai di belakang PKM 2.

Selamat jalan kawan, masih kuingat ketika penghuni UKPM mengajarimu tentang hidup, mengajakmu diskusi, walau itu adalah ceramah tak berguna…karena kami tau engkau tak akan mengerti.

Untuk saudaraku..perpisahan mengajarkan kita akan tidak kekalnya dunia. Hidup sangatlah singkat, lahir…hidup dan mati. Hal yang samapun akan kita jalani bila tiba waktunya nanti.

Ganti mendung di wajahmu, matahari masih bersinar esok kawan.

Saturday, October 14, 2006

orang miskin dilarang...

"Jadi orang miskin harus tau diri...Aku tak akan lupa perkataan seseorang yang buatku terpelajar. Aku medengarnya ketika suatu hari bertandang kerumahnya, ia marah pada pembantunya. Ntah apa sebabnya, mungkin saja karena lamban mengerjakan pekerjaannya. Tapi apa yang salah...
Orang miskin dilarang sekolah...
Apakah aku juga harus tau diri untuk tak menikmati bangku perguruan tinggi yang kata mereka sangat hebat. Itu salah besar, seperti apa
yang dikatakan seseorang yang menganggapku pembangkang. Aku tak boleh sekolah, aku harusnya tinggal di rumah dan menjadi anak yang baik dan penurut.

Tak ada yang berhak melarangku sekolah. Apalagi seseorang yang tak punya hak atas diriku. Aku yang berkuasa atas diriku, tidak ia atau siapapun. Heran juga...bundaku saja tak melarangku, hanya memberiku syarat untuk mandiri. Aku sadar sepenuhnya, orang tuaku tak akan mampu membayar uang kuliah dan biaya hidupku. Tapi aku yakin aku akan punya jalan untuk itu. Aku ingin siapapun tau, bahwa sekolah, sehat itu bukan hanya hak sekelompok orang, wlau aku sadar sepenuhnya, bentukan media tentang pergaulan, perguruan tinggi yang dibuat semewah mungkin untuk pemilik modal atau rumah sakit yang juga tak mau kalah membuat kaum miskin tak berani menginjakknya, bahkan berpikiran kesanapun tidak.

Menurut birokrat UNHAS ketika wawancara tentang BHP siapapun berhak kuliah di UNHAS, kalo ia orang tak mampu tapi pintar, ia bisa kuliah dengan adanya subsidi silang. Pertanyaan yang muncul dikepalaku, seberapa besar kaum miskin yang bisa memperlihatkan kepintarannya. Bagaimana bisa mereka melalui jenjang pendidikan itu ketika semua tak berpihak padanya. Biaya sekolah yang semakin membumbung tinggi, tak kalah bedanya dengan harga sembako dan bahkan lebih tak bisa dijangkau. Bagaimana mereka mau serius belajar sedang perut melilit minta diisi, atau ketika ikebutuhan lainnya lebih mendesak, tak ada buku, listrik, rumah....tinggal dijalanan.
Tak semua anak jalanan nakal, dan aku yakin mereka jauh lebih kuat, lebih pintar dibanding anaik-anak mall yang hedon dan katanya gaul. Miskin membuat kita lebih survive, hidup seadanya, bahkan tanpa makanan.

Keheranan terus ada dibenakku, kenapa citra harus selalu dilihat dari penampilan fisik, tidakkah penampilan fisik seorang wanita lebih menarik perhatian lelaki hidung belang, lantas wajah Universitas yang semakin menterang akan dilihat oleh siapa... masyarakat miskin di Indonesia jauh lebih banyak kebanding yang kaya, lantas apa universitas ini dibuat untuk mereka. Siapa yang mau mendekat, ketika melihat penampilan yang justru membuat kita ketakutan, karena disana ada sekat yang sangat tebal. Ada wajah-wjah menyeramkan yang siap menelan kita. Tak ada keramahan, yang ada kepahitan hidup ketika semua harus dinilai dengan uang.

Uang bukan segalanya, kecantikan luar bahkan tak ada artinya, semua itu untuk apa, kalo generasi penerus bangsa ini tak lagi bisa bermain dirumahnya sendiri. Mereka harus menjadi anak tiri yang patuh dan tersakiti.

Orang miskin dilarang sakit...
Jangan pernah sakit karena engkau akan memperparah penyakitmu di rumah sakit. Subsidi BBM yang diagung-agungkan akan membantu orangmiskin toh tak punya pengaruh yang besar, berapa banyak masyarakat miskin yang menerima bantuan subsidi itu, seberapa banyak anak sekolah yang harus berhenti karena tak lagi mampu menahan ongkos transport, beli buku, bayar SPP dan hal lain. Beasiswa yang diberikan tak akan mencukupi. Itu tak berarti apa-apa dibandingkan kebutuhan yang terlalu banyak. Ketika aku sakit dan ke puskesmas untuk berobat, aku harus tahan dengan muka judes dari orang puskesmas, atau ketika aku jalan-jalan kerumah sakit dan melihat pengguna JPS yang harus tersiksa mengurus sana-sini untuk bisa mendapat pelayanan, tapi apa yang mereka dapatkan tak sama dengan pasien umum.
Dosenku pernah mengatakan yang beda adalah fasilitas pelengkap yang diberikan, tapi toh kenyataan yang harus diterima dilapangan tak sama.
Aku teringat ketika ayahanda tercinta ketika sakit, keluargaku yang kebetulan dokter malah mencibir dan menertawai kami. Hingga akhirnya aku harus kehilangan seorang sosok ayah.

Aku kadang berpikir dimana rasa kemanusiaan yang mereka miliki, rumah sakit mempunyai tugas sosial untuk semua kalangan, tapi yang sekarang mulai dikotak-kotakkan, hanya untuk segelintir orang, dan hanya untuk oranmg-orang berduit. Kemarin Pak Kausan selama beberapa hari harus terbaring di UGD hanya karena belum mebayar 2,5 juta untuk sepotong besi yang ada di rahangnya. Lantas pemerintah kemana...ternyata tak semua biaya rumah sakit dibebaskan, tak semua obat bisa digratiskan.
Makanya jadi orang miskin harus bisa jaga diri jangan sakit dan jangan berani memdekati sekolah karena ia akan menghabisimu...........................

Tuesday, October 10, 2006

tersenyumlah...

"Hei...lagi ada masalah ya...kamu cerita dong, jangan menyendiri disitu. Katanya kedinginan, kok sekarang malah duduk diluar.ayo keatas disini dingin banget"ajak seorang teman ketika menikmati malam di tepi danau.

Aku hanya ingin sendiri, merasakan keindahan bulan yang sedang bercermin pada air danau yang telah menghijau,ntah karena semakin berkurang airnya ato karena limbah rumah sakit. Tapi danau bagiku tetap sebuah tempat yang selalu memberiku ketenangan. air selalu mampu memberi ketenangan, perpaduan yang indah, air, tanaman hijau, bulan dan cahaya rumah sakit yang sangat mewah. Sayang rumah sakit itu terlalu menyeramkan untukku.

Aku tetap sendiri, menikmati segelas teh manis yang kini mulai dingin. kunikmati tanpa pernah merasa bosan bulan yang menari-nari diatas air.Indah...sangat indah hingga membuatku malas beranjak dari tempat dudukku. aku masih ingin disini, hingga seorang teman datang dan mengajakku kembali kerumahku. Melihatku yang tak bergerak ia akhirnya memilih duduk didekatku.

"Apa yang sedang engkau pikirkan..."
"Terlalu banyak..."
"Dalam hidup kita memang selalu dihadapkan pada berbagai masalah, dan kita tak bisa melepaskan diri. Smuanya selalu berhikmah bukan...!!!!!!!!!!!"
"yup...aku tahu, aku juga tak akan lupa kalo kita harus tersenyum menghadapi semuanya..."

Ia berkata aku seorang perempuan yang luar biasa. Dimana letak keluarbiasaan itu...???Bukankah aku selalu bercerita padanya tentang kepahitan hidup. tentang perjalanan yang melelahkan dan ia dengan setia mendengar setiap ceritaku, memberi semangat dan mengajakku tersenyum.

Aku selalu rindu danau itu
Pada air yang tetap tenang
Pada bulan yang menawan
Pada kawan yang selalu tersenyum

cinta lagi

Pusing...kalo orang udah bahas pacaran, setiap hari aku mendengar kata-kata pacar dan jatuh cinta, sakit hati. Aku kadang berpikir perjalanan pacaran itu seperti sebuah lingkaran.

cinta tak harus diungkap lewat tulisan
juga lisan
karena ia tak terukur
jangan merajuk dan merayu
karena cinta adalah bahasa hati

Monday, October 9, 2006

tentang pacaran dan cinta

Aku bosan mendengar ketika anak-anak di UKPM bertanya tentang pacar. Kenapa ketika kita terus terlihat sendirian pertanyaan itu muncul terus...jawaban malas pacaran terus aku kumandangkan, mo gimana lagi, aku emang udah janji ngga mo pacaran. Trus ketika itu jawabannya, pertanyaan selanjutnya emangnya pernah broken heart. Ngga tuh, aku ngga perlu patah hati, apalagi sampai jatuh dan ngga bangun lagi. untuk orang yang dekat ama aku, pasti ngerti kenapa aku ngga bisa pacaran. jawaban paling pasti...selain pacaran emang ngga dibolehin, aku juga kasian kalo punya pacar, soalnya susah banget ninggalin UKPM plus aku juga harus nyari uang untuk hidupku kan. so...hampir ngga ada waktu nih.

Satu lagi, cinta untukku ngga harus diungkapin lewat pacaran, bahkan aku kadang berpikir ketika pacaran aku belum bisa tau pasti apa itu betul-betul murni sebuah cinta. aku terus berpikir cinta itu seperti apa...gimana menurut orang lain...???apa pandangan kita bisa bertemu. cinta untukku ngga harus memiliki, karena meliat kebahagian orang yang kita cintai akan jauh lebih berarti.
cinta adalah bahasa hati dan biarkan ia membahasakannya sendiri.

pusing....
aku juga....
bukankah kita terus dalam titik pencarian.
dan semoga akan ada ruang untuk bersama, berbagi...

UKPM lagi sepi, semuanya pada sibuk...
aku harus berbahagia dengan kesendirian.

Saturday, October 7, 2006

purnama

purnama indah banget, sayang ngga ada teman menikmatinya... payah anak UKPM lagi sibuk, padahal baca puisi tiap purnama asyik banget.
mungkin juga kelelahan setelah buka puasa bersama d rumah niar, sayang sebagian buka di hotel... jadinya ngga lengkap.
perbedaan emang indah, syiah-sunni ngga ada masalah untuk kami, toh kami semua berasal dari tempat yang berbeda, background awal yang tak sama. HMI,Kammi, PMII, FMD, dan organisasi extra lainnya ada, bahkan yang murni belajar menulis juga ada. ngga ada masalah dengan semua itu. kami bersaudara dan perbedaan itu menyatukan kami. warna yang indah bukan.
dua hari aku ngga menjenguk pak kausan, bukannya malas, aku dua hari ini ngga enak badan, semoga tiphoid ngga akan menggangguku lagi. cukup biaya magangku yang aku pikir. pusing juga mo kerja apa....uang dah sekarat (tapi aku kan emang ngga pernah punya uang) he...jadi sebenarnya ngga usah pusing memikirkannya.
aku pengen banget nikmati purnama...merenung setiap langkah ayang aku lewati, beberapa ramadhan telah akulewati disini, setiap langkah adaka berarti, aku kadang merasa sangat hancur. tak ada sesuatu yang berarti yang tela kuperbuat.......

Thursday, October 5, 2006

buka bersama di rumah pelangi


indahnya kebersamaan...
setiap orang mempunyai titik kebahagian yang berbeda, tetapi aku yakin saudaraku, ini puasa terindah yang kita lalui. kesederhanaan tak pernah jadi masalah buat kita. walaupun beberapa kali kita berkata UKPM adalah UKM termiskin di PKM...he...he...aku tak setuju dengan kata-kata itu. bukankah kebahagian bukan dilihat dari apa yang kita makan atau apa yang kita miliki. seperangkat komputer minus printer dengan sebuah ruangan yang kadang tak memuat kita semua, warna yang berbeda, tapi disitulah letak kebahagian kita. warna yang kita miliki bukan alasan perpecahan tapi justru membuat kita satu dalam sebuah pelangi yang indah.

untuk kak yati sorri banget, aku ngga tau kalo kita ternyata kakakku, syukur banget kalo abiz lebaran akan kembali ke rumah kecilta' aku akan menanti saat itu tiba. jumat kemarin kami buat acara buka puasa bersama dengan senior bede' kata yang lain, tapi aku lebih suka kata kakak (kita bersaudara kan dan lahir dari tempat yang sama) banyak yang hadir kak arqam, bang yoefals, kak bahar...n yang lain. ada juga kak sulvi dari soroako cerita banyak tentang UKPM yang semakin rame dan sibuk...
eitz untuk radio kemarin udah sempat naik, tapi dengan sangat terpaksa harus turun kembali karena ada alat yang harus diganti, tapi janji kami akan kembali mengudara bulan puasa ini. soalnya radio salah satu media perlawanan yang harus ada...

ada banyak kegiatan yang kami lakukan setiap harinya, ada agenda rutin yang berjalan mulai dari

  1. diskusi wacana hari senin
  2. sekolah menulis hari selasa
  3. english meeting hari rabu
  4. rapat redaksi hari kamis
  5. rapat pengurus jumat
  6. sabtu direncanakan sekolah investigasi
  7. minggu libur

Wednesday, October 4, 2006

green comunity

Sebuah lokasi yang luasnya kira-kira 2 hektar dipinggir danau UNHAS menjadi tempat pembibitan tanaman yang beberapa diantaranya endemik sulsel. Komunitas yang penghuninya dari berbagai kalangan mulai dari alumni UNHAS hingga mahasiswa, beberapa diantaranya mahasiswa luar unhas. Aku senang berada di tempat itu, gimana ngga menikmati danau UNHAS dari sebuah bangku-bangku sedang disampingnya tanaman yang hijau subur terhampar. menjadi seorang petani di tengah UNHAS yang penuh dengan berbagai trend mulai dari hedonis hingga yang mengaku aktivis kampus.

Hebat juga mereka, aku tahu ini adalah sebah proyek yang di sponsori oleh Bank Panin. Aku tak mau peduli dengan berapa dana yang mereka miliki, tapi paling tidak ini akan membantu penhijauan-penhijauan baik di lingkungan kampus UNHAS ataupun di luar dari kampus ini.

Kondisi negeri sedang sekarat, aku pikir ibu pertiwi sedang menangis dirinya diluluhlantahkan oleh anak manusia yang ngga sadar akan adanya kehancuran akibat ulah mereka ini. Alam selalu mencari titik keseimbangannya, ia beberapa kejadian tak mampu menyadarkan manusia, menurutku ini tetap ulah kapitalis yang selalu mengharapkan keuntungan sebanyak-banyaknya.

So....kapitalis itu sadis banget.

Tuesday, October 3, 2006

sakit hati...

Kemarin malam aku ke RS Wahidin bareng penghuni UKPM plus kak rega, kak fathul n alfa. tujuannya untuk menjenguk Pak Kausan. sedih, bercampur kecewa, prihatin plus amarah yang hampir tak tertahan. aku benci rumah sakit, aku sakit hati, kenapa kehidupan ini sangat kejam. Ceritanya gini, kalo ngga salah sabtu kemarin Pak Kausan ditikam oleh sesamanya tukang becak di pintu nol (jalan poltek). Lukanya sangat parah sampai harus di operasi, tapi paling tidak nyawanya masih terselamatkan
(makasih Tuhan) miskin harus membuat semuanya berbeda dan persaudaraan kadang tak diperhitungkan lagi, kita sama-sama butuh makan. Aku bingung mo menyalahkan sang penikam, tapi disisi lain aku sadar ada kondisi tertentu ketika lapar menyerang dan membuat kita lupa segalanya.

Aku sadar sang pelaku juga butuh makan, dan ia sedang memperjuangkan hidupnya, walau harus mengorbankan orang lain, lantas....gimana ini.

Ada sakit yang sangat menyayat melihat istrinya yang buta dengan setia menemani sang suami yang tak berdaya. tubuh yang membengkak, alat kateter, jarum infus dan tubuh yang gemetaran menahan dingin, aku ingat ruangan ini sangat mewah untuk orang miskin dengan AC yang hampir membunuh.

Rumah sakit sebuah gedung yang seharusnya penyelamat kehidupan setiap manusia, tetapi kemudian harus dikomodir untuk tujuan bisnis. Gimana tidak, masuk ruang parkir harus membayar uang parkir sekian rupiah perjamnya (apa bedanya dengan mall). Rumah sakit bukan hanya untuk orang kaya pak. Aku ingin menangis melihat istrinya yang belum makan padahal jarum jam sudah menunjukkan angka 9, dari pengakuanya ia hanya memakan sisa bubur sang suami.

Tangannya dengan lembut membelai sang suami, sambil bercerita pada kami tentang perlakuan yang diterima di rumah sakit. Tentang dokter yang berkata "andai aku tahu kamu tidak punya uang, maka tak akan ada besi dalam rahang suamimu, atau petugas administrasi yang terus menerus menagih uang 2,5 juta itu, sementara harga obat yang harus ditebus setiap hari seratusan, tentang isi rumahnya yang telah habis terjual untuk membeli obat. Suaminya yang tulang punggung keluarga.

Aku teringat senyuman yang beliau berikan setiap bertemu ketika menyapu halaman rektorat, atau ketika ia mengayuh nasibnya dengan sebuah becak tua di pintu nol.
ketika aku ke mall dengan kak akel, abang dan aco beberapa hari yang lalu, abang berkata negara baik-baik saja, masyarakat masih sibuk dengan belanjaan mereka, menikmati hidangan kaum kapitalis. Tidak ada masalah, hanya kami yang senatiasa pusing memikirkan kehidupan ini, bahaya kapitalis, pembodohan yang dilakukan, BHP yang merambah kampus. dan sebuah bukti kesakitan negara liatlah cerita Pak Kausan. atau betapa menyedihkannya hidup ketika melihat mereka suami istri itu di Rumah sakit sana.