Saturday, October 14, 2006

orang miskin dilarang...

"Jadi orang miskin harus tau diri...Aku tak akan lupa perkataan seseorang yang buatku terpelajar. Aku medengarnya ketika suatu hari bertandang kerumahnya, ia marah pada pembantunya. Ntah apa sebabnya, mungkin saja karena lamban mengerjakan pekerjaannya. Tapi apa yang salah...
Orang miskin dilarang sekolah...
Apakah aku juga harus tau diri untuk tak menikmati bangku perguruan tinggi yang kata mereka sangat hebat. Itu salah besar, seperti apa
yang dikatakan seseorang yang menganggapku pembangkang. Aku tak boleh sekolah, aku harusnya tinggal di rumah dan menjadi anak yang baik dan penurut.

Tak ada yang berhak melarangku sekolah. Apalagi seseorang yang tak punya hak atas diriku. Aku yang berkuasa atas diriku, tidak ia atau siapapun. Heran juga...bundaku saja tak melarangku, hanya memberiku syarat untuk mandiri. Aku sadar sepenuhnya, orang tuaku tak akan mampu membayar uang kuliah dan biaya hidupku. Tapi aku yakin aku akan punya jalan untuk itu. Aku ingin siapapun tau, bahwa sekolah, sehat itu bukan hanya hak sekelompok orang, wlau aku sadar sepenuhnya, bentukan media tentang pergaulan, perguruan tinggi yang dibuat semewah mungkin untuk pemilik modal atau rumah sakit yang juga tak mau kalah membuat kaum miskin tak berani menginjakknya, bahkan berpikiran kesanapun tidak.

Menurut birokrat UNHAS ketika wawancara tentang BHP siapapun berhak kuliah di UNHAS, kalo ia orang tak mampu tapi pintar, ia bisa kuliah dengan adanya subsidi silang. Pertanyaan yang muncul dikepalaku, seberapa besar kaum miskin yang bisa memperlihatkan kepintarannya. Bagaimana bisa mereka melalui jenjang pendidikan itu ketika semua tak berpihak padanya. Biaya sekolah yang semakin membumbung tinggi, tak kalah bedanya dengan harga sembako dan bahkan lebih tak bisa dijangkau. Bagaimana mereka mau serius belajar sedang perut melilit minta diisi, atau ketika ikebutuhan lainnya lebih mendesak, tak ada buku, listrik, rumah....tinggal dijalanan.
Tak semua anak jalanan nakal, dan aku yakin mereka jauh lebih kuat, lebih pintar dibanding anaik-anak mall yang hedon dan katanya gaul. Miskin membuat kita lebih survive, hidup seadanya, bahkan tanpa makanan.

Keheranan terus ada dibenakku, kenapa citra harus selalu dilihat dari penampilan fisik, tidakkah penampilan fisik seorang wanita lebih menarik perhatian lelaki hidung belang, lantas wajah Universitas yang semakin menterang akan dilihat oleh siapa... masyarakat miskin di Indonesia jauh lebih banyak kebanding yang kaya, lantas apa universitas ini dibuat untuk mereka. Siapa yang mau mendekat, ketika melihat penampilan yang justru membuat kita ketakutan, karena disana ada sekat yang sangat tebal. Ada wajah-wjah menyeramkan yang siap menelan kita. Tak ada keramahan, yang ada kepahitan hidup ketika semua harus dinilai dengan uang.

Uang bukan segalanya, kecantikan luar bahkan tak ada artinya, semua itu untuk apa, kalo generasi penerus bangsa ini tak lagi bisa bermain dirumahnya sendiri. Mereka harus menjadi anak tiri yang patuh dan tersakiti.

Orang miskin dilarang sakit...
Jangan pernah sakit karena engkau akan memperparah penyakitmu di rumah sakit. Subsidi BBM yang diagung-agungkan akan membantu orangmiskin toh tak punya pengaruh yang besar, berapa banyak masyarakat miskin yang menerima bantuan subsidi itu, seberapa banyak anak sekolah yang harus berhenti karena tak lagi mampu menahan ongkos transport, beli buku, bayar SPP dan hal lain. Beasiswa yang diberikan tak akan mencukupi. Itu tak berarti apa-apa dibandingkan kebutuhan yang terlalu banyak. Ketika aku sakit dan ke puskesmas untuk berobat, aku harus tahan dengan muka judes dari orang puskesmas, atau ketika aku jalan-jalan kerumah sakit dan melihat pengguna JPS yang harus tersiksa mengurus sana-sini untuk bisa mendapat pelayanan, tapi apa yang mereka dapatkan tak sama dengan pasien umum.
Dosenku pernah mengatakan yang beda adalah fasilitas pelengkap yang diberikan, tapi toh kenyataan yang harus diterima dilapangan tak sama.
Aku teringat ketika ayahanda tercinta ketika sakit, keluargaku yang kebetulan dokter malah mencibir dan menertawai kami. Hingga akhirnya aku harus kehilangan seorang sosok ayah.

Aku kadang berpikir dimana rasa kemanusiaan yang mereka miliki, rumah sakit mempunyai tugas sosial untuk semua kalangan, tapi yang sekarang mulai dikotak-kotakkan, hanya untuk segelintir orang, dan hanya untuk oranmg-orang berduit. Kemarin Pak Kausan selama beberapa hari harus terbaring di UGD hanya karena belum mebayar 2,5 juta untuk sepotong besi yang ada di rahangnya. Lantas pemerintah kemana...ternyata tak semua biaya rumah sakit dibebaskan, tak semua obat bisa digratiskan.
Makanya jadi orang miskin harus bisa jaga diri jangan sakit dan jangan berani memdekati sekolah karena ia akan menghabisimu...........................

No comments: