Friday, December 21, 2012

Cinta pada Sebotol Obat dan Tikar Lontar


Hari ini  22 desember, diperingati sebagai hari ibu. Pasti ada banyak acara yang dibuat untuk peringatan itu. Aksi bagi-bagi bunga, diskusi dengan tema perempuan, dan kegiatan positif lainnya. Ada juga adikku yang hendak membelikan kado untuk ibunya. Aku tak punya kado untuk etta , Aku hanya ingin menulis malam ini dengan penuh ribuan terima kasih yang tak akan mampu aku sampaikan pada etta.
Aku menulis, walaupun tahu etta tak akan bisa membaca tulisan ini. Tak ada akses internet di rumahku. Etta juga tak mengenal bangku sekolah seperti aku. Tak bisa baca tulis, tapi etta adalah guru terhebat yang ada di dunia.
Aku baru saja mengeluarkan seluruh isi tasku setelah menempuh perjalanan panjang dari Sengkang.  Masih ada sejuta rindu yang belum tuntas. Rumah selalu menjadi tempat menyenangkan untuk melepas lelah dan menghabiskan waktu sepanjang hari. Setumpuk pekerjaan yang kubawa ke Sengkang tak selesai karena waktu selalu saja tak cukup untuk berbagi.  Seminggu masih sangat kurang. Aku masih ingin seminggu lagi dan lagi.
Aku menemukan botol obat yang diselip di sela-sela buku dan pakaianku. Aku ingin menangis, haru menyeruak membuatku kembali merindukan etta. Obat itu sejenis minyak gosok, cairan berwarna merah yang sangat harum. Kata etta kalau tubuh kita sakit obat itu akan panas dan pedis, kalau tak sakit dia tak akan mempunyai efek apa-apa, selainnya baunya yang sangat nyaman.
Seminggu di Sengkang, etta akan membalurkannya ke tubuhku. Setiap malam, ketika aku meringis menahan sakit dan tak kuat berjalan, atau ketika tubuhku sangat lelah di depan komputer.  Asam urat  masih bertengger manis dan mengganggu aktifitasku apalagi setelah perjalanan jauh yang melelahkan.    
Obat itu tak dijual di toko-toko obat yang ada di Sengkang. Setiap enam bulan sekali , ada penjual keliling dari Makassar yang membawa obat tersebut. Pemiliknya berjualan dengan menggunakan mobil, berkeliling desa. Sekali aku pernah mendapati etta berlari mengejarnya. Etta tak pernah membelinya dalam jumlah banyak. Selalu membeli sebotol dan menggunakannya dengan tepat.
Aku ingat kemarin etta mencari botol bekas untuk menyimpan obat itu. Aku tahu etta juga tak bisa berpisah jauh dari obat gosoknya. Bagaimana etta  bisa menahan sakitnya. Etta mungkin tak bisa tidur lelap malam ini , dan malam-malam selanjutnya akan seperti itu. Etta sangat butuh obat itu, dan sekarang telah berpindah tangan padaku. Rasanya aku ingin pulang dan memeluknya erat. berterima kasih untuk cinta yang tak bisa aku balas.
Aku menemukan ribuan cinta malam ini. aku tahu setiap ibu mencintai anaknya. cinta yang tak bisa dibalas. kadang kita lupa dan larut pada setiap mimpi yang kita bangun. Hari ini aku terbangun, bahwa ada orang yang menungguku pulang, yang mendoakan keselamatan dan kesehatanku setiap. Yang bernazar puasa setiap mendengar aku sakit.
Dulu ada pohon lontar tumbuh di belakang rumah nenekku. pohon yang telah ada puluhan tahun lalu. telah ada jauh sebelum aku lahir. Usianya membuat ditebang sebagai satu-satunya pilihan. Etta mengambil daun lontarnya. menganyamnya menjadi tikar yang cantik.
Etta membuatkan satu untukku. Tikar dengan aroma yang sangat khas, sehingga kamarku menjadi harum. Harum daun lontar yang belum sepenuhnya kering. Lontar oleh sebagian masyarakat dipercaya bisa menangkal pengaruh jahat , ilmu hitam dan teman-temannya.  Etta membuatkannya dengan alas an yang sama.
Tikar itu sangat kecil, tak cukup untuk seluruh tubuhku. Ukurannya sangat imut, tak melebihi tinggi badanku. Aku membawanya ke Makassar. Aku merasakan cinta pada setiap helai daun lontar. kubayangkan etta menganyam dengan harapan menggunakannya akan membuatku sehat seperti dulu.
Hari ini hari ibu, tapi tidak semua ibu di dunia ini tahu kalau setiap tanggal 22 desember diperingati  sebagai hari ibu. Etta juga tak tahu. Hari ini, besok, lusa, semua sama saja. Etta tetap akan menghabiskan waktunya di rumah.
Rasanya aku ingin pulang, membawa kembali botol obat itu. Sekarang aku jauh lebih sehat, bukan karena obat itu. Tapi karena aku tahu ada rindu yang akan terus menarikku pulang. Aku punya rumah, rumah yang sebenar-benarnya. Rumah dengan jutaan mimpi yang telah kubangun sejak kecil.
Aku ingin pulang tanpa harus menunggu Hari Ibu. Aku ingin pulang untuk ribuan maaf atas cinta yang tak bisa kubalas. Untuk setiap mimpi etta yang belum bisa kuwujudkan.

Aku belajar bahwa cinta menjadi sangat indah dengan kesederhanaannya.
terima kasih untuk Cinta yang selalu ada untukku. 
Selamat Hari Ibu...