Hari
ini 22 desember, diperingati sebagai
hari ibu. Pasti ada banyak acara yang dibuat untuk peringatan itu. Aksi
bagi-bagi bunga, diskusi dengan tema perempuan, dan kegiatan positif lainnya.
Ada juga adikku yang hendak membelikan kado untuk ibunya. Aku tak punya kado
untuk etta , Aku hanya ingin menulis malam ini dengan penuh ribuan terima kasih
yang tak akan mampu aku sampaikan pada etta.
Aku
menulis, walaupun tahu etta tak akan bisa membaca tulisan ini. Tak ada akses
internet di rumahku. Etta juga tak mengenal bangku sekolah seperti aku. Tak
bisa baca tulis, tapi etta adalah guru terhebat yang ada di dunia.
Aku
baru saja mengeluarkan seluruh isi tasku setelah menempuh perjalanan panjang
dari Sengkang. Masih ada sejuta rindu
yang belum tuntas. Rumah selalu menjadi tempat menyenangkan untuk melepas lelah
dan menghabiskan waktu sepanjang hari. Setumpuk pekerjaan yang kubawa ke Sengkang tak selesai karena waktu selalu saja tak cukup untuk berbagi. Seminggu masih sangat kurang. Aku masih ingin
seminggu lagi dan lagi.
Aku
menemukan botol obat yang diselip di sela-sela buku dan pakaianku. Aku ingin
menangis, haru menyeruak membuatku kembali merindukan etta. Obat itu sejenis
minyak gosok, cairan berwarna merah yang sangat harum. Kata etta kalau tubuh
kita sakit obat itu akan panas dan pedis, kalau tak sakit dia tak akan
mempunyai efek apa-apa, selainnya baunya yang sangat nyaman.
Seminggu
di Sengkang, etta akan membalurkannya ke tubuhku. Setiap malam, ketika aku
meringis menahan sakit dan tak kuat berjalan, atau ketika tubuhku sangat lelah
di depan komputer. Asam urat masih bertengger manis dan mengganggu
aktifitasku apalagi setelah perjalanan jauh yang melelahkan.
Obat
itu tak dijual di toko-toko obat yang ada di Sengkang. Setiap enam bulan sekali
, ada penjual keliling dari Makassar yang membawa obat tersebut. Pemiliknya
berjualan dengan menggunakan mobil, berkeliling desa. Sekali aku pernah
mendapati etta berlari mengejarnya. Etta tak pernah membelinya dalam jumlah
banyak. Selalu membeli sebotol dan menggunakannya dengan tepat.
Aku
ingat kemarin etta mencari botol bekas untuk menyimpan obat itu. Aku tahu etta
juga tak bisa berpisah jauh dari obat gosoknya. Bagaimana etta bisa menahan sakitnya. Etta mungkin tak bisa
tidur lelap malam ini , dan malam-malam selanjutnya akan seperti itu. Etta
sangat butuh obat itu, dan sekarang telah berpindah tangan padaku. Rasanya aku
ingin pulang dan memeluknya erat. berterima kasih untuk cinta yang tak bisa aku
balas.
Aku
menemukan ribuan cinta malam ini. aku tahu setiap ibu mencintai anaknya. cinta
yang tak bisa dibalas. kadang kita lupa dan larut pada setiap mimpi yang kita
bangun. Hari ini aku terbangun, bahwa ada orang yang menungguku pulang, yang
mendoakan keselamatan dan kesehatanku setiap. Yang bernazar puasa setiap
mendengar aku sakit.
Dulu
ada pohon lontar tumbuh di belakang rumah nenekku. pohon yang telah ada puluhan
tahun lalu. telah ada jauh sebelum aku lahir. Usianya membuat ditebang sebagai
satu-satunya pilihan. Etta mengambil daun lontarnya. menganyamnya menjadi tikar
yang cantik.
Etta
membuatkan satu untukku. Tikar dengan aroma yang sangat khas, sehingga kamarku
menjadi harum. Harum daun lontar yang belum sepenuhnya kering. Lontar oleh
sebagian masyarakat dipercaya bisa menangkal pengaruh jahat , ilmu hitam dan
teman-temannya. Etta membuatkannya
dengan alas an yang sama.
Tikar
itu sangat kecil, tak cukup untuk seluruh tubuhku. Ukurannya sangat imut, tak
melebihi tinggi badanku. Aku membawanya ke Makassar. Aku merasakan cinta pada
setiap helai daun lontar. kubayangkan etta menganyam dengan harapan
menggunakannya akan membuatku sehat seperti dulu.
Hari
ini hari ibu, tapi tidak semua ibu di dunia ini tahu kalau setiap tanggal 22
desember diperingati sebagai hari ibu.
Etta juga tak tahu. Hari ini, besok, lusa, semua sama saja. Etta tetap akan
menghabiskan waktunya di rumah.
Rasanya
aku ingin pulang, membawa kembali botol obat itu. Sekarang aku jauh lebih
sehat, bukan karena obat itu. Tapi karena aku tahu ada rindu yang akan terus
menarikku pulang. Aku punya rumah, rumah yang sebenar-benarnya. Rumah dengan
jutaan mimpi yang telah kubangun sejak kecil.
Aku
ingin pulang tanpa harus menunggu Hari Ibu. Aku ingin pulang untuk ribuan maaf
atas cinta yang tak bisa kubalas. Untuk setiap mimpi etta yang belum bisa
kuwujudkan.
Aku
belajar bahwa cinta menjadi sangat indah dengan kesederhanaannya.
terima
kasih untuk Cinta yang selalu ada untukku.
Selamat Hari Ibu...