Monday, December 25, 2006

Catatan dari Balocci

Matahari telah lama berpindah ke ruas lain dari bumi azan magrib bahkan telah lama pergi ketika mobi unhas dan sebuah truk tentara bergerak meninggalkan UNHAS, akhirnya aku pergi juga setelah lama berpikir, “pergi ngga ya? “ aku sebenarnya tak punya persiapan banyak, ngga ada ransom , tasku hanya berisi 2 baju ganti dan selebihnya jaket untuk menahan dinginnya Balocci.
Kakak-kakak di pramuka akan menerima tamu racananya menjadi anggota di rumah kami. Telah lama aku tak muncul ditempat itu dan beberapa orang dengan sabar terus mencariku di pers (maafkan aku kalo beberapa minggu ini menghilang, tak ada maksud selain banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan). Waktu dua jam tak terasa, mungkin karena hati sedang riang, akhirnya aku bisa juga heiking lagi, (di acara WWN kemarin aku ngga jadi ikut karena sakit duluan). Betul juga pandangan Heidegger tentang waktu, itu tergantung bagaimana perasaan kita. Lama atau tidaknya tergantung bagaimana melihatnya.
Setelah menyimpan semua barang yang dibawa dalam sebuah gedung tak layak pakai, tak ada pintu dengan lantai yang belum di tegel, penuh dengan debu dan pasir. Cahaya bintang tak mampu menerangi kami apalagi dalam ruangan itu. Lolongan anjing terdengar sangat dekat, mungkin karena kami orang baru di desa ini. Semua peserta di kumpulkan dilapangan, mereka harus bersiap memulai perjalanannya, heiking harus dilalui oleh tamu racana untuk bisa dilantik menjadi anggota, dan bukan hanya itu masih ada dewan kehormatan yang akan memberikan sekian pertanyaan.
Ada 26 peserta 14 putra dan 12 putri, mereka kemudian dibagi menjadi 6 reka (kelompok) tentu saja dipisahkan karena pramuka merupakan satuan terpisah. Tak akan ada yang mendampingi mereka dalam perjalanan, mereka hanya berpedoman pada kompas dengan menggunakan selembar kertas berisi cerita yang akan membawa mereka ke pos-pos dimana beberapa reka kerja dan kakak-kakak purna telah menanti dengan sebuah games.
Heiking kali ini dilakukan dengan metode semi out bond, tidak ada kekerasan atau perintah-perintah tak berguna, sebuah games akan memberi pelajaran baru dan membuat peserta semakin dekat. Ada 5 pos yang harus dilalui, dari hasil rapat reka kerja dengan kakak purna mereka akan menemuiku di pos 5.
Jam 12 satu persatu reka diberangkatkan, semuanya berjalan tenang. Mereka yang menentukan sendiri siapa yang duluan berangkat dengan memecahkan sandi yang diberikan. Reka yang duluan selesai tentu saja duluan diberangkatkan.
Pagi-pagi setelah membantu menyiapkan bubur kacang ijo buat peserta, aku, kak fitri dan kak wana berangkat ke pos 5, kami akan menunggu peserta disana. Gemercik air terdengar, matahari belum menyengat, kami memilih duduk dekat pintu air, menggelar matras yang aku bawa, dan menikmati indahnya pagi. Pegunungan karst menjulang dimana-mana.
“berapa lama gunung-gunung ini akan bertahan, suatu hari ia mungkin akan dihancurkan oleh perusahaan Tonasa, mengolahnya menjadi semen untuk membangun mall-mal yang akan menelan masyarakat miskin, ntahlah….”
Kali ini aku harus merasakan waktu berjalan lambat, bosan juga tak ada kerjaan, belum lagi matahari yang semakin meninggi dan tentu mengeluarkan energi panas. Aku mencari tempat yang baik untuk merendam kakiku, juga mencuci muka yang mulai berkeringat.
Sejam-dua jam, lima jam berlalu tak satupun reka yang muncul, apa mereka kesasar ya…kak lia muncul ntah dari arah mana, aku tak tau arah mata angin ditempat ini, yang jelas kami berada di daerah perkampungan. Kak lia hanya menemukan barang-barang kami, sedang kami bertiga berteduh di pinggir sungai menikmati kupu-kupu yang beterbangan mencari madu.
Kak jun muncul dengan mengendarai motor, ia dari pos 4. karena kepanasan akhirnya kami kembali mencari tempat berteduh, berjalan lebih seratus meter akhirnya mendapat tempat yang teduh kami menyeberangi sungai, tidak terlalu dalam hanya sebatas lutut, jadi peserta bisa berendam setelah semalaman melalui perjalanannya melewati hutan, sawah.
“Siap gerak…’
“Kepada kakak penjaga pos… hormat gerak”
“Lapor…”
Sebuah ritual yang harus mereka lakukan setiap masuk sebuah pos, aku menyerahkan secarik kertas berisi games. Sebuah petunjuk 1 + 1= C untuk memecahkan sandi itu “lilitkan badanmu dan buatlah lingkaran”
“kak gimana mengerjakannya???”
Akhirnya kak jun turun tangan memberi petunjuk lanjut gimana menyelesaikan gemes itu, kami tak hentinya tertawa melihat peserta yang menggunakan segala cara untuk bisa keluar dari lilitan tangan dimana tangan peserta yang satu dengan lainnya saling mengait dan mereka harus melepaskan kaitan itu dan membuat lingkaran tanpa pernah melepaskan pegangan tangannya. Kapan peserta melepaskan tangannya mereka harus mengulang kembali dari awal permainan tadi.
Satu reka basah kuyup, kami pun berbasah-basahan, air yang mengalir membuat kami bermain, berenang, merendam kaki dan akhirnya berbasah-basahan. Pesertanya belum bisa menyelesaikan games itu, sementara beberapa orang telah menggigil kedinginan, dan sakit perut. Mereka diminta untuk istirahat beberapa menit di pinggir sungai, karena takut kalo terus membiarkan mereka dalam air nanti jadi sakit.
“kami telah menerima materi dan siap melanjutkan perjalanan. Laporan selesai”
Aku memberikan petunjuk berikutnya “ular…………………….lari………………..lurus………….ular hitam …………………….tolong……….” petunjuk itu akan membawa mereka hingga base camp.
“Kepada kakak penjaga pos hormat gerak”
“Balik kanan maju jalan…” ritual itu kembali dilaksanakan.
Satu persatu reka masuk ke pos 5, untuk membuat mereka tak menumpuk sekalian saja disuruh mengerjakan gamesnya, siapapun yang cepat menyelesaikan gamesnya bisa melanjutkan perjalanannya.
Ehm….minggu 24 desember peserta telah menjadi bagian dari kami setelah melewati upacara penerimaan anggota gugus depan dan anggota racana. Tak ada lagi tamu, kita telah menyatu, dengan sekian pelajaran yang semoga saja berarti.
Untuk mengisi kekosongan kami ke air terjun untuk mandi, kuat juga pikirku berjalan kurang lebih setengah jam hanya untuk mandi, sementara mata belum pernah terpejam.

No comments: