Saturday, April 7, 2012

Katanya Hipertiroid

Keesokan hari setelah mendengar perawat itu mengatakan kadar tiroid dalam darahku cukup tinggi, aku menelpon kakakku. Aku tak hendak membuat mereka cemas, tapi masalah lainnya, aku tak ingin mereka salah paham karena hasil kerjaku kuhabiskan tanpa tersisa.
Dua minggu lalu pangeran dan putri kecil dalam keluargaku sakit dan harus melakukan rawat inap. Aku menanyakan kabar keduanya. Sekarang mereka telah kembali ceria dan bermain. Berat badannya juga mulai naik, tak sekurus waktu sakit kemarin. Aku selalu merindukan pangeran kecil, yang akan memeluk erat dan memberikan ciuman pada kedua pipiku sambil bertanya “apa bawakanka mu ninni?” bocah cilik yang menggemaskan dan tak berhenti bertanya.
Keduanya sedang asyik menonton, mereka tak akan bisa diganggu kalau sedang serius. Aku menceritakan sakitku pada kakak ketigaku. Ia kaget, dan mengatakan kenapa tubuhku tak sehat lagi. Aku hanya tertawa, dan berkata Tuhan sangat menyayangiku, hingga ia selalu memberiku ujian.
Aku mengenal 3 orang yang terkena penyakit hipertiroid. Dua diantara mereka telah dioperasi. Salah seorang bernama baderiah. Ia menderita hipertiroid sejak puluhan tahun lalu. 15 tahun sebelumnya ia melakukan operasi pengangkatan kelenjar gondok yang berlebih, tapi operasi itu sepertinya tak berjalan sempurna, dan dokter memang telah member peringatan sebelumnya, jika 10 atau 15 tahun kedepan kemungkinan benjolan itu akan hadir lagi, dan tak bisa diprediksi akan muncul dimana. Seorang ibu yang telah berbahagia bersama anak-anaknya, dan sekarang ia menetap di Kalimantan setelah kepergian suaminya. Terakhir dia pulang ke sengkang , aku melihat benjolan di kepalanya, tepat di dahinya. Itu telah ada sejak beberapa tahun terakhir. Ibu tak lagi melakukan operasi ia tak mau membuang uang anak-anaknya untuk sesuatu yang akan berulang kembali.
Perempuan kedua yang kukenal adalah tanteku sendiri. Beliau saudara sepupu kedua orang tuaku. Tanteku tak bisa lagi bekerja. Ia juga pernah dioperasi dengan menggunakan kartu jamkesmas, namun setelah operasi bukan kesembuhan yang didapatnya, tapi masih saja tetap sakit dan lemah. Aku kadang merasa sedih karenanya, walau kami tak pernah dekat. Tanteku belum menikah dan ia hidup dirumah salah satu saudaranya. Tanteku menjadi lebih sering sakit, malah bertambah parah dibandingkan sebelum ia melakukan operasi pengangkatan kelenjar tiroid itu.
Perempuan ketiga adalah tetanggaku. Hingga saat ini kelebihan hormone tiroid itu tetap bertengger dilehernya dengan diameter yang terus bertambah. Ah, aku melihat mereka. Aku merasakan sakit mereka. Aku yang tak mempunyai benjolan dileher saja sangat pusing dan terbebani, apalagi mereka yang puluhan tahun menderita penyakit ini.
hipertiroid adalah penyakit yang disebutkan karena system metabolism dalam tubuh tak berjalan dengan baik. Sehingga pengeluaran hormon tiroid sangat berlebih. Aku telah bercerita tentang gejala sakit yang kurasakan, namun aku belum mendapatkannya dari dokter. Waktu kerumah sakit kemarin, setelah bertanya ke perawat keberadaan dokternya ia mengiyakan dan memintaku langsung mendaftar setelah melihat hasil lab yang ada ditanganku, katanya kadar hormon tiroidku cukup tinggi. Aku melakukan prosedur itu, dan menunggu beberapa saat. Namun setelah bertanya kembali doker itu ternyata tidak ada ditempat. Dan aku memilih meninggalkan rumah sakit saat itu.


sakit tak selalu membuat kita benar-benar sakit. Secara fisik akan ada perubahan pada daya tahan tubuh. Aku sudah bercerita banyak tentang rasa sakit yang aku alami, tapi sakit bisa saja menjadi anugrah. Membuatku belajar banyak hal. Sakit membuat aku menyadari bagaimana sehat itu sangat berharga. Sakit membuatku tahu bagaimana orang-orang yang ada didekatku sangat peduli. Sakit membuatku belajar, bahwa Negara telah memiskinkan rakyatnya.
Untuk menjadi sehat, ketika seorang menderita sebuah penyakit membutuhkan biaya yang tak sedikit. Butuh jutaan, puluhan bahkan mungkin ratusan juta. Untuk sesuatu yang bernama kesehatan, dan orang akan membelinya, meski setelah itu akan memiskinkan dirinya. Bertanggung jawabkah pemerintah pada hal ini?
Ada hal lain, pada kondisi tubuh yang fit, aku bisa memberi ceramah pada banyak orang, pada kawan-kawanku yang sakit, bagaimana mengubah pola hidup agar cepat sembuh. Tapi aku tak sadar ada banyak factor ketika seseorang memilih berobat atau tidak.

pada akhirnya sakit mengajarkanku untuk lebih banyak bersyukur, dan sakit itu hanya ketakutan yang melemahkan tubuh kita.