Sunday, February 11, 2007

untuk birokrat terhormat

a
beberapa saat lagi UNHAS menuju BHP, mungkin juga perguruan tinggi negeri lainnya.
BHP yang digembor-gemborkan dilakukan demi citra dan kualitas luaran yang baik. aku tidak tau apa itu betul, atau mungkin sekedar wacana.
mahasiswa kemana, sebagian sepakat-sepakat saja. buat mereka yang uang bukan masalah...berapapun uang yang harus dikeluarkan tak perlu dihitung untuk sebuah gelar (sarjana). semester ini aku cuti...1 semester, tapi ntahlah semoga bukan untuk selamannya. beberapa temanku menganggapku bodoh, aku hanya bisa tersenyum kecut mendengarnya, juga ketika mereka melarangku cuti. anggap saja itu sebuah perhatian. aku mungkin memang bodoh, seorang teman yang tau alasan cutiku menyarankan aku minjam uang, minta keringanan dari fakultas. bagaimana harus kulakukan, bagaimana mungkin seseorang akan memberikan pinjaman untuk kuliah...ngga mungkin banget,lagian tidak bisa bayar SPP bukan satu-satunya alasan aku harus cuti.
aku harus memilih...
aku memilih cuti, tak peduli dengan tanggapan orang-orang yang ada di sekitarku. biar saja mereka mengatakan aku bodoh, malas, menyia-nyiakan waktu.
kemarin lomba mading UKPM, salah satunya bertema "orang miskin di larang kuliah" aku merasa itulah sebenarnya aku, tak pantas aku berada di kampus ini, kampus yang semakin pantas buat orang-orang hedon, kampus yang akan dirubah untuk mereka yang berduit, bukan untuk aku yang tak punya apa-apa selain semangat.
SPP yang berjenjang...subsidi silang, bagaimana aku bisa mempercayainya. kalopun iya, SPP bukan satu-satunya biaya yang harus dikeluarkan. aku akan tinggal lama dikampus ini, teman-teman seangkatanku mulai KKN bahkan ada yang telah meneliti, menyusun skripsinya. sementara aku masih terkatung-katung, harus cuti untuk mencari biaya penelitian dan KKN.
apa akan ada biaya itu ketika nanti akan BHP, apa akan ada biaya magang, beli buku, nyari tugas praktek lapang yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan SPP itu sendiri.
bagaimana orang tua kami harus mencarikan uang untuk menutupi itu semua sedangkan kebutuhannya sendiri tak mampu di penuhinya.
bagaimana mungkin orang miskin yang tak punya uang untuk kuliah akan mempertahankan prestasinya tanpa fasilitas yang memadai, aku selalu ingat setiap semester yang aku lewati leboih banyak tidak kumpul tugas yang harus menggunakan sekian puluh ribu, untuk mencari literatur, biaya print dan sebagainya.

aku takut...semakin hari yang lahir adalah robot-robot yang siap kerja. beberapa temanku mengatakan setelah selesai PNS telah menantinya. apakah pendidikan untuk mencari kerja?
bukan...bukan itu yang aku harapkan, walau bundaku telah berharap setelah selesai, ia akan bangga ketika aku menggunakan baju PNS.

untuk birokrat yang terhormat
bagaimana kaum miskin bisa menikmati pendidikan itu.
atau memang "orang miskin di larang kuliah"

No comments: