Monday, July 9, 2007

banjir

Belum lupa aku akan banjir kemarin, beberapa nyawa melayang. Air tumpah ruah mengenangi desa...dan kecamatan yang ada di Wajo. Sekian banyak kerugian yang harus diderita, rumah yang rusak , tanaman yang tak sempat dinikmati hasil panennya.
Rumahku terletak dipinggir danau tempe. Danau yang dulu sangat aku banggakan dengan hasil ikannya yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sulsel dan bahkan indonesia. Juga panen kedelai setiap tahunnya bersama keluargaku. Aku sangat suka ketika airnya dalam kondisi normal masyarakat akan menanami kedelai, jagung, padi dan tanamam palawija lainnya. Juga tentang rumah terapung yang sangat indah sambil menikmati matahari senja diatas perahu.........
Aku sangat suka mendayung bersama beberapa temanku, walau tak pernah berani pergi jauh. Aku tau siapapun akan suka danau ini. ”bungka toddo” yang menghijau seperti pulau-pulau kecil tempat ikan beranak pinak, semuanya milik nelayan dan sekali mereka panen ikan dapat menghasilkan uang hingga ratusan juta.
Tapi itu dulu....dan semuanya mulai menghilang hingga aku hanya bisa mengenangnya. Saat aku kembali lebaran kemarin, aku hanya bisa menghadirkan keindahan danau dalam alam khayalku. Aku hanya bisa menatap lesu pada tanah yang merekah kekeringan setiap harinya, menikmati debu bercampur udara. Tak ada lagi tangkapan ikan yang banyak dan bisa dijual kedaerah lain, karena kebutuhan sendiripun mulai susah terpenuhi hingga harganya harus melonjak naik, membuat masyarakat semakin susah menikmati makanan yang banyak mengandung protein itu. Kami juga harus kesusahan untuk mencari air yang layak minum. Beberapa masyarakat yang tak mampu membeli air PAM harus berjalan sekian jauh untuk mendapatkan seember air yang pun keruh bercampur lumpur.
Iya...kemarau saat itu sedang melanda, bukan hanya makassar tapi hampir semua daerah di indonesia, padahal kemarin aku sangat merindukan rindu untuk pulang, karena berharap akan mendapatkan air yang cukup untuk mandi.
hujan datang membasahi bumiku, tapi aku pun takut banjir akan memperparah kesakitan bangsa. Ntah ...doa berharap hujan atau tetap dengan kemarau...tak jauh berbeda karena aku tau masyarakat Wajo akan tetap dalam derita. Mereka akan kesusahan , tak mampu menanam padi, palawija, juga tak mampu menenun sarung yang sebagian besar dilakoni masyarakat.
Mendung mulai terlihat di makassar, aku teringat kembali bagaimana banjir kemarin telah merusak lebih 4000 rumah di Wajo juga beberapa nyawa yang melayang dan tanaman padi yang terendam air.
Banjir benar-benar datang kembali. Untung tak separah dulu. Anak-anak kecil berteriak kegirangan mereka bisa kembali berenang sepuasnya. Mengelilingi kampung dengan perahu. Mereka masih kecil untuk mengerti betapa susahnya banjir buat orang tua mereka.

No comments: