Monday, July 9, 2007

catatan: Renungan Hari Lingkungan Hidup

Jarum itu terus bergerak, dengan irama yang sama. Ia terus berjalan hingga angka 8 mendekat. Tempat itu sangat ramai. Pertama kali kulihat wajah barunya. Setalah sekian lama tak menyapanya ketika gerah semakin menggila. Dulu ia tak seperti ini. sekarang jauh berbeda. semakin cantik. Orang-orang sangat menyukainya. Namun sayang aku lebih meyukainya sebelum segala perhiasan itu ia kenakan.
Wajahnya penuh polesan. Ia sangat bercahaya di bawah temaram lampu malam ini. yang tersisa hanya suara-suara sumbang yang sibuk berkeliling. Alunan itu tak tertaur. Mungkin tak lama lagi ia pun akan berganti dengan suara-suara yang telah terlatih.
Aku teringat seorang teman. Ia pernah berkata kalo tempat ini tak lagi indah. Kita hanya akan mendapati sekian banyak manusia yang berseliweran. Losari telah dibangun menjadi ruang publik. Segalanya pun disiapkan. Tempat duduk, dan sebuah tugu yang sedah sering kutemukan di depan kampusku. Fasilitas tempat ini terus dibenahi. Tak lama lagi ia akan kehilangan fungsi. Keindahannya semakin memudar. Ibarat seorang gadis wajahnya mulai menua dan ia harus menggunakan sekian produk kecantikan agar masih ada manusia yang meliriknya. Seperti ketika manusia terpengaruh dengan iklan sabun pemutih atau baju model terbaru. Seperti itu pula kehadirannya sekarang.
Angka delapan telah lewat namun belum seorangpun dari Walhi yang datang. Budaya jam karet belum bisa hilang. Hanya ada kami berdua. Mengelilingi anjungan hingga aku mengajak ilda turun kebawah. Ia tak mau dan terus mematung disana. aku berjalan sendirian. Khayalku pun ikut berjalan. Gadis yang kutemani cukup berani namun untuk mendekat ke laut ia tak mau .
Ia jauh dari pinggir. Lama baru teringat ia takut pada laut. Tsunami kemarin mebuatnya terpukul. Semua orang pasti merasakannya. Apakah tsunami hukuman dari Tuhan. Aku tau...Tuhan terlalu baik pada kita. Ia tak marah sekalipun sekian masalah terus kita torehkan dalam buku hitamnya. Sekecil apapun kejahatan atau kebaikan yang kita tulis semuanya akan diperhitungkan namun tidak hari ini.
Tuhan tak marah. Alam hanya mencari keseimbangannya. Bukankah alam tak jauh berbeda dengan kita. Tenaga yang dikuras terus menerus akan menghasilkan kelelahan yang menyakitkan. Seperti manusia alam sedang sakit. Seluruh sendi-sendi tubuhnya terluka dan ia tak dapat berjalan dengan baik. Tubuh itu kesakitan dan kelelahan. Ia butuh istirahat. Butuh suplemen agar tenaganya pulih kembali.
Semakin bertambah penikmat pantai. Aku menyukai nyanyian ombak, namun sekarang terganti dengan teriakan-teriakan dari café yang berjejeran di tempat ini. juga ratusan manusia yang subuk bercengkrama, siara pedagang asingan yang sibuk mencari pembeli, kendaraan yang lalu lalang tanpa henti, nyanyian pengitar jalanan yang kadang kala menjengkelkan. Aku tau mereka hanya mencari hidupnya. Tapi toh tak semua orang pemilik segala yang bisa membeli apa saja.
Kami bertanya pada orang-orang yang berkumpul rame-rame, siapa tau mereka pengundang kami malam ini. undangan renungan itu datang sore tadi. Terlambat. Seharusnya panggilan itu datang sejak kemarin hingga undangan yang dititip bisa sampai ke empunya.
3 jam kedepan, hari kelima juni akan menyapa. Hari yang di peringati sebagai hari lingkungan hidup. Esok akan ada sekian aksi dari mereka yang mencintai lingkungan ini.
Apa kabar lingkunganku. Masihkah engkau sehat negeriku. Lukamu semakin besar. Kebocoran di ozon semakin melebar. Menurut data sebesar Asia. Lumayan besar. Aku jadi sadar, itulah penyebab cuaca yang tak menetu akhir-akhir ini. tak lagi kunikmati udara yang sejuk, hembusan angin yang membelaiku hingga tertidur.
Ntah berapa lama bumi mampu bertahan dengan sakitnya. Usaha untuk memulihkan penyakit itu sepertinya tak ada. Pemerintah sebagai penanggungjawab tertinggi malah berleha-leha dan menganggap semuanya baik-baik saja. Eksploitasi terjadi dimana-dimana. Sekian ribu hektar hutan harus hilang. Bahkan hutan lingungpun bisa menjadi areal pertambangan. Udara, air, tanah yang subur semuanya saling berkait. Tanpa hutan apa yang bisa kita lakukan. Semuanya berasal dari hutan. Hutan yang menyumpan air dalam akar-akarnya hingga manusia mampu merndapatkan air minum setiap harinya. hutan pula yang elah menghirup CO2 sisa –sisa asap kendaraan manusia, hingga racun itu tak menghabiskan hidup manusia.
Keselamatan bumi tak seharusnya hanya diingat pada peringatan hari lingkungan hidup. Manusia harus menyelamatkan bumi untuk hidupnya sendiri.
Sebagaimana ibu, bumi telah mengerahkan semua energinya intuk anak-anaknya.
Sebagaimana ibu bumi terus memberi miliknya tanpa ia pernah meminta. Luka yang ia sandang tak pula membuatnya mengemis agar kita mengobatinya. Manusia adalah anak-anak yang tak berbakti. Kita semua adalah tikus. Yang menggerayangi apa saja yang ada tanpa pernah berpikir tentang orang lain. Tikus mengambil apapun untuk kesenangan dirinya.
Ibu....
Ibu....
Ibu...anak-anakmu adalah anak-anak yang durhaka.
Rintihanmu tak membuat mereka bergeming. Ia akan sadar setelah engkau pergi dan mereka tak mampu menyuapi dirinya sendiri.

No comments: