Wednesday, September 17, 2008

RAMADHAN

Hari ke 17 ramadhan, rumah pelangi yang kembali berwarna dengan kehadiran wajah-wajah baru. ada yang lagi magang. ehm...wajah baru mereka tentu memberi warna baru. ada tulisan tentang ramadhan yang hampir kadaluarsa...

Kesederhanaan itu kemana?

“met datang dalam penerbangan RAMADHAN AIR Nomor penerbangan 1429 H dengan tujuan TAQWA. Para penumpang harap mengencangkan sabuk PERSAUDARAAN dan menegakkan kursi IMAN, penerbangan ini bebas asap PERSELISIHAN perjalanan di tempuh selama 30 hari, atas nama seluruh awak kabin yang bertugas, kami sekeluarga mengucapkan “MOHON MAAF LAHIR dan BATHIN”
“bila candaQ membuat luka, bila janjiku terbatas lupa, bila hatiku salah menduga, hanya ada 1 kata yaitu , maaf…”Marhaban yaa RAMADHAN’ Maafin ya…sobat;>”
“teman.maapkan aku, atas segala kesalahan yang akusengaja/tidak. Selamat menunaikan ibadah puasa romadon.”
Ramadhan telah datang, menyabangi kita semua setelah 11 bulan lamanya bebas makan-minum. Bulan penuh ampunan demikian ceramah uztads.
Ramadhan penuh belanja, demikian sebuah MADING memuat tulisan untuk edisi terbarunya. Tak bisa disalahkan, bahkan kita bias mengangguk-angguk tanda setuju. Pada bulan ramadhan pusat perbelanjaan (Mall) kebanjiran pembeli. Masyarakat berbondong-bondong menguras isinya hingga pemilik modal akab tertawa bahagia menyaksikan pembeli yang lupa pada hakekat ramdhan.
Ramadhan yang seharusnya mengajarkan kita pada kesederhanaan, merasakan lapar yang di derita kaum dhuafa telah beralih. Justru ramadhan menjadi tempat peristirahatan dimana kita hidup berfoya-foya.
Kesederhanaan itu telah hilang, berganti dengan pola konsumtif yang berlebihan. Kita tak lagi sadar ramadhan adalah tempat mensucikan diri, tapi lebih sebagai ritual agama yang harus dipenuhi, tanpa bias memetik hikmah yang ada di dalamnya.

“MARHABAN YAA RAMADHAN….semoga kita bias mengisinya dengan kesederhanaan dan hati yang lapang. Tak lebih dari pesan singkat (SMS) yang membahagiakan pemilik operator telekomunikasi.