Monday, September 8, 2008

Tentang BKM

siang tadi aku menemukan sebuah surat tercecer. iseng aku kemudian membukanya. Sebuah surat pemberitahuan kepada anggota UKPM. intinya setiap anggota UKPM tidak boleh menerima beasiswa BKM, kalo suatu saat nanti ditemukan maka akan mendapat sanksi organisasi "Penonaktifan sebagai anggota".
lama tak mendengar berita BKM,mungkin saja dananya sudah cair, dan dinikmati oleh kita yang tak sepantasnya menerima dana tersebut.
Btw...sebuah tulisan tentang BKM masih berdiam diri di folderku...aku copy aja dan posting disini. Hanya cuap-cuap yang ga' jelas...


Uang Tutup Mulut Buatmu…
Mendadak BKM akan digulirkan pemerintah. Setiap universitas baik negeri maupun swasta mendapat jatah 10% dari jumlah keseluruhan mahasiswa. Dana ini didapat dari pemotongan subsidi BBM. Bagi sebagian orang menganggap dana ini tidak jauh beda dengan dana BLT. Masyarakat diberikan dana untuk meringankan bebannya, namun tak tepat sasaran. Rakyat berusaha dibodohi dan membentuk opini public kalau kenaikan BBM adalah hal yang wjar yang harus diterima. Kalau sebelumnya pemotongan subsidi BBM digunakan untuk Raskin, Jamkesmas, dana BOS, dan BLT, belakangan muncul BKM yang dari awalnya tidak termasuk dalam program pemerintah. Dana ini terkesan uang tutup mulut. Agar kita bungkam dan juga menerima kenaikan BBM. Toh menerima BKM sama saja dengan menerima kenaikan BBM.
Dana BKM baru ramai dibicarakan setelah maraknya protes mahasiswa hampir disetiap tempat. Di UNHAS sendiri ada 3.598 mahasiswa yang akan menerima BKM. Katanya uang haram ini akan diterima selama 2 semester. Sekali terima 500 ribu. Angka yang menggiurkan tanpa perlu kerja keras.
3,6 M, angka yang tidak sedikit ditengah kondisi masyarakat yang sangat memprihatinkan. Dana sebanyak itu harusnya digunakan untuk membantu masyarakat kecil. Membangun sarana prasarana sehingga setiap orang bisa menikmatinya. Pemerintah yang menaikkan BBM untuk melindungi pembengkakan dana APBD justru mengambur-hamburkan dana yang tak sedikit jumlahnya. Ada puluhan universitas negeri dan ratusan swasta di Indonesia dengan jumlah mahasiswa yang tak sedikit. Jika UNHAS saja telah menghabiskan 3,6 M jumlah APBD belum ditambah universitas lainnya.
Selain itu kalau pemerintah melihat kedepan, pemberian BKM tak akan memberi pengaruh apa-apa. dana itu hanya bersifat sementara, dan bisa jadi hanya dihamburkan. “Anggap saja kita kejatuhan durian runtuh”. Dana BKM tidak akan menyelesaikan permasalahan bangsa pun tak akan mengurangi 15juta orang miskin baru yang akan lahir karena kenaikan BBM.
BKM tak pantas diterima, dana ini sangat tidak tepat sasaran. Dana itu adalah dana haram masyarakat miskin yang akan dinikmati mahasiswa. Dan sangat disayangkan penerimaan dana ini tidak dengan procedural yang jelas. BKM tak jauh beda dengan jalan kote yang dijajakan keliling kampus. Kalau membeli jalangkote beberapa mahasiswa kadangkala berpikir membelinya karena lagi bokek. BKM tak membutuhkan apa-apa. Mahasiswa hanya perlu menuliskan nama dan menandatangani formulir pendaftarannya, persyaratan lainnya bisa diurus belakangan.
“kemarin saya di panggil dosenku, memintaku menuliskan ke bagian kemahasiswaan menulis nama dan tanda tangan untuk BKM” sony bercerita ditaman eden kemarin.
Ketika konsolidasi peristiwa UNAS di gedung IPTEKS, seorang mahasiswa sastra juga mengaku staf fakultasnya menawarkan beasiswa yang sama.
Lain halnya di Ekonomi kemarin sore, ketika berjalan menuju Sastra bersama Irsyan, ada seorang temannya yang duduk di meja resepsionis dan pun menawarkan BKM.
Jika ini dana kompensasi BBM, seharusnya prosedur penerimaannya diperketat. Tapi kalau mau melihat sekilas, prosedur penerimaan BLT jauh lebih sulit.
BKM harus ditolak…BKM hanya akan membungkam mulut kita, hingga tak mampu lagi berkata-kata dan melawan Betapa memalukannya kalau kemarin kita berteriak lantang menolak kenaikan BBM dan BLT, lantas uang 500ribu meredakan kita. Mahasiswa bukan rakyat kecil yang tak punya pendidikan, yang bisa menerima setiap titah pemerintah tanpa berpikir panjang.
Atau kita memang tak pantas menyandang gelar maha-siswa…
(Dien)