Monday, March 26, 2012

Dari alergi hingga penyakit dalam

Minggu kedua desember adalah awal aku mulai menginjakkan kaki untuk berobat sendiri ke petugas medis. Aku mulai dari mantri kesehatan, atas rekomendasi seorang kawan. Aku tak ingin memulai pada pengobatan yang langsung ke ahlinya, karena tubuh tak akan mempan pada obat-obatan ala puskesmas.
Semenjak di Barru badanku gatal dan membengkak. Aku juga flu dan batuk. Pesisir barat selalu terguyur hujan dan cuaca sangat dingin. Bukan sekali dua kali aku harus melawan hujan dan melanjutkan kerja. Akhirnya kuputuskan langsung kembali ke Makassar setelah membereskan kerjaku. Dua hari meringkuk di rumah hijau, tanpa punya kekuatan berjalan dan dilanda insomnia. Padahal aku punya jam tidur yang sangat teratur. Diatas jam 10 mataku akan terlelap hingga subuh.
Desember penuh dengan kesibukan. Berbagai agenda harus diselesaikan. Juga undangan jalan-jalan ke Butta Panrita Lopi, tak akan kulewatkan yang ini. Sejak kuliah, salah satu daerah yang paling ingin kukunjungi adalah daerah Kajang, walau pada akhirnya tak sampai kesana. Aku hanya sampai di Tamatto dengan berbagai alasan yang masuk akal.
Untuk kesana, aku ingin sehat agar tak melewatkan setiap moment berharga dalam setiap perjalanan yang kulakukan. Kali inipun aku tak ingin hal itu terjadi. aku harus sembuh dari segala penyakit. Aku masih punya satu minggu sebelum 18 desember.
Menjelang magrib wawan mengantarku ke tempat praktek langganannya. Katanya sejak kecil mantra kesehatan itu telah menjadi dokternya. Setiap sakit ia akan berobat kesana. Aku setuju dan berharap bisa cepat sembuh dari alergi ini. Tempat itu ternyata memang ramai. Sesak dengan pasien walau cuaca tetap saja tak bersahabat. 5 orang menunggu di depanku. Ada ibu yang membawa gadis ciliknya yang sedang flu, bapak-bapak, hingga anak muda dan mahasiswa. Tempat ini sepertinya bisa kupercaya.
Setelah bercerita tentang sakit yang kurasa. Ia memegang pergelangan kakiku dan sesekali menekannya. Aku alergi katanya, ia menyuruhku mengingat semua makanan yang kukonsumsi seminggu itu. aku bukan orang yang alergi pada makanan. Pola makanku selama di Barru mengikut pada pemilik rumah yang kutempati. Daerah pesisir selalu menjadi gudang seafood segar di tambah kangkung segar dari samping rumah. Satu-satunya hal baru yang kucicipi adalah telur asin rempah.
Ini bukan alergi makanan kataku. Mungkin hal lain, dalam seminggu aku bisa mendatangi tiga penjuru mata angin Sulawesi Selatan, dari utara, barat hingga ke selatan. Cuacanya tak ada yang sama. Utara sangat panas sedangkan barat dan selatan sedang terguyur hujan dan dingin. Apa karena itu tanyaku? Ia memberi beberapa obat dan sebuah bedak penahan alergi. Katanya aku akan baik dalam 3 hari.
Dengan rutin kuhabiskan obat itu, tentu saja aku ingin cepat sembuh dan memulai perjalanan baru. Tiga hari berlalu, tak ada perubahan, kakiku tetap bengkak dan sakit. Tetap saja susah tidur, untung flu dan batuknya mulai berkurang. Aku kembali ke mantri itu. Malam itu tak cukup ramai, aku tak harus menunggu lama. Setelah menyampaikan keluhanku, ia hanya menyarankan satu hal, meminta saya ke dokter ahli dalam. Aku pulang dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Aku juga tak bisa langsung ke rumah sakit. Esok pagi harus berangkat ke selatan, perjalanan ini tak bisa ditunda dan aku melawan sakit.