Monday, March 19, 2012

Kenapa harus tes darah?

Matahari telah melewati puncaknya, perutku mulai teriak. Aku ingin memasak hari itu, namun didapur tak ada bahan sama sekali. Aku tak selalu memasak, hanya ketika menginginkannya, atau ketika pulang dari daerah dan aku rindu masakan tertentu yang tak ada di warung. Aku sangat suka ikan masak buatanku, tak hanya berbahan asam dan kunyit seperti yang ibu ajarkan, tapi menambahinya beberapa bumbu hingga aku menyukainya. Apalagi ditambah mangga mengkal yang di racca.
Aku tak hendak memasak itu. aku suka sayur tumis, tumis sawi pilihanku hari itu, dengan perkedel jagung. Aku meminta adekku ke pasar, ia memintaku menemaninya. Aku sedang tak ingin ke pasar, diluar sangat dingin, dan aku tak tahan dingin. Seorang kawan disampingku kuminta melakukannya, tapi juga tak mau. Ia malas, dingin , dan katanya giginya sedang sakit. Adikku juga tak mau pergi sendiri.
Aku mulai jengkel, tak ada yang mau melakukannya. Akhirnya uang itu kuambil dan masuk ke kamar. Pintu kamar kukunci, menutup jendela dan menurunkan tirai kamarku. Dekat jendelaku ada sebuah meja lengkap dengan kursinya, pagi biasa kuhabiskan disitu, sambil membaca atau sekedar menatap pagi. Aku sedih dan marah. Lapar yang melilit tak terasa lagi. Aku duduk dekat jendela, menahan emosiku.
Sejam terdiam disitu, dengan emosi yang meledak. Aku menangis, tak lagi karena marah pada mereka. Aku marah pada diriku sendiri, marah karena aku selalu tak jelas. Marah karena hal-hal kecil. Karena adikku sering menunda sesuatu yang kuminta, marah karena melihat adikku main game dan tak peduli padaku. Marah karena ia tak mau memasakkan mie untukku.
Aku mengingat semua hal yang kulakukan beberapa bulan terakhir, dan emosiku selalu meledak-ledak. Aku kadang menangis sendiri tanpa sebab, aku mengira itu karena sindrom pra menstruasi. beberapa kawan sering mengatakan kenapa aku jadi sangat sensitive, dan aku baru menyadarinya.
Sebuah pesan singkat masuk di hpku “baik-baikjeQ?”
Tangisku tambah membuncah hingga sarung yang kugunakan basah. Bulan lalu kakakku menegur, tanganku selalu gemetaran. Ketika chek up di dokter puskesmas, aku menanyakannya. Katanya gejala hipertiroid, dan untuk memastikannya harus melakukan tes darah.
Aku telah menjelajahi dunia maya untuk mengetahui penyakit itu. belajar gejala-gejalannya. Dan aku sadar, beberapa gejalanya ada padaku.
Aku sangat sensitive akhir-akhir ini, aku selalu tak tahan panas dan dengan gampang berkeringat padahal orang disampingku biasa-biasa saja. Aku juga tak bisa berkonsentrasi, dulu aku pikir ini karena aku cepat bosan dan ingin selalu mendapatkan hal-hal baru.
Aku menangis, karena merasa tubuhku tak bersahabat denganku, aku menangis menyadari jika usahaku menaikkan berat badanku tak pernah berhasil karena penyakit ini. Tapi hal yang paling berat dan tak kusukai adalah karena menjadi sensitive dan tak bisa menstabilkan emosiku. Aku tak ingin kerja-kerjaku terganggu, aku tak ingin membuat nyaman orang-orang yang ada di sekelilingku.
Aku mengirim pesan singkat, bercerita pada seorang kawan. Ia menguatkanku, dan memintaku bercerita pada orang-orang yang ada di rumah ini. Agar mereka tahu dan bisa memahamiku. Aku janji akan melakukannya setelah memastikan sakit ini. Aku melakukan tes darah. Aku tak ingin sakitku menyakiti orang lain. Aku bukan lagi gadis manja yang dulu suka mengeluh.